Fakutlas Teknik UMM meresmikan Centre of Excellence (CoE) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) (Foto: Syifa Humas) |
Ketidakpastian stok energi fosil serta mahalnya harga yang dipatok menjadi salah satu permasalahan belakangan ini. Begitupun dengan kondisi politik dunia yang semakin memperparahnya. Menyikapi hal tersebut, Fakultas Teknik (FT) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meluncurkan Centre of Excellence (CoE) Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada Selasa (12/3) lalu. Kelas ini juga telah menggaet sederet Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk melancarkan pelaksanannya.
Dekan FT UMM, Prof. Ir. Ilyas Masudin, MLogSCM., P.hD. menyebut bahwa menyebut bahwa lembaga pendidikan kini dituntut untuk mengantarkan mahasiswa menuju pintu kesuksesan. Selain itu juga bertugas melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berkualitas, mandiri serta profesional. Ditambah lagi dengan perkembangan dunia industri dan teknologi yang semakin maju.
Ilyas, sapaan akrabnya juga menyatakan bahwa saat ini tidak ada pilihan lain kecuali menyiapkan sumber energi alternatif. Apalagi melihat ketersediaan energi fosil yang semakin menipis. Maka, perubahaan mindset energi ramah lingkungan perlu digalakkan. Pun dengan penyiapan SDM yang memahami tentang energi baru terbarukan (EBT).
Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, FT Kampus Putih akhirnya memutuskan untuk menghadirkan pusat keunggulan PLTS. Menggaet beberapa perusahaan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri dan melengkapi kemampuan para mahasiswa. PT Adidaya Abadi Sentosa dan PT Alfa Mekatronik adalah dua di antara banyak nama yang sudah berkomitmen.
“Bahkan pada semester ini kami telah menjalankan kurikulum bersistem blok. Sistem ini memungkinkan hadirnya pengajar dari praktisi, jadi tidak melulu dari para akademisi. Para pesertanya juga tidak hanya dari kalangan mahasiswa, masyarakat umum boleh turut serta dan belajar tentang EBT Surya maupun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),” tegasnya.
Dalam kelas PLTS tersebut, para peserta akan mendapatkan materi-materi menarik seperti perencanaan pembangunan dan pembangunan pemasangan PLTS. Kemudian juga ada materi terkait pengoperasian dan pemeliharaannya secara berkelanjutan. Pada akhir proses CoE ini, para peserta juga akan mengikuti uji kompetensi PLTS yang diakui secara resmi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui skema terkait.
“Para peserta nantinya akan diberi pengalaman langsung terjun ke DUDI selama enam bulan. Dengan begitu, mereka bisa merasakan dan memahami segala hal tentang PLTS dengan lebih baik,” tambahnya.
Di sisi lain, Paulus selaku Direktur Utama PT Adidaya Abadi Sentosa juga sempat menjelaskan terkait tantangan PLTS, umumnya EBT yang harus dihadapi. Dimuali dengan investasinya yang tergolong cukup besar. Meski begitu, investasi besar di energi terbarukan ini nyatanya akan memberikan hasil yang kompetitif dalam jangka yang panjang. Kemudian, tantangan lainnya yakni masih banyaknya regulasi yang tidak sinkron dengan perkembangan EBT.
“Kemampuan jasa industri juga dirasa masih kurang dan tidak memadai. Begitupun dengan subsidi serta ketersediaan energi fosil yang masih banyak membuat penentuan kebijakan berjalan lambat. Kesiapan dan kualitas sumber daya manusia juga harus segera ditingkatkan,” tambahnya.
Maka menurutnya, ini adalah saat yang tepat bagi mahasiswa Kampus Putih untuk mengambil peran. Utamanya dalam mengimpelementasikan EBT menjadi energi yang lebih baik. Selain itu juga membekali diri dengan kemampuan engineering yang mumpuni, sehingga EBT dapat menjadi energi pengganti yang bagus serta dapat menjaga lingkungan sekitar. (Syi/Wil)
Penulis: Syifa Dzahabiyyah | Editor: Hassanalwildan Ahmad Zain