FEB UMM Ajak Wujudkan Ketahanan Pangan Melalui Maksimalisasi Sumber Daya Maritim
Author : Humas | Sabtu, 05 Mei 2018 10:08 WIB
Sejumlah masalah di berbagai sektor dihadapi pemerintah Indonesia dalam mewujudkan pembangunan bangsa, salah satunya yakni masalah pangan. Bagaimana tidak, ketika jumlah populasi penduduk bumi semakin meningkat, luas lahan justru semakin sempit tergerus oleh pembangunan infrastruktur. Salah satu akibatnya, produksi pangan pun juga semakin berkurang.
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang (FEB UMM) Dr. Widayat, MM mengatakan, di tengah pesatnya pembangunan bangsa masalah ketahanan pangan menjadi isu yang masih sering diperdebatkan. Ia juga menyampaikan, selama ini kebijakan pemerintah dinilai cenderung berasentris.
“Kita sebagai next generation dari bangsa ini harus merubah orientasi tersebut, membangun ketahanan pangan yang tidak hanya berfokus pada swasembada beras,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin M.Sc Guru Besar FEB UMM menyampaikan, idealnya bumi hanya mampu menampung 3 sampai 4 milyar penduduk. Namun pada tahun 2017 jumlah populasi penduduk bumi sudah mencapai 8 milyar.
“Dan lahan juga semakin banyak yang digunakan sebagai bangunan,” tandasnya pada kuliah tamu yang diadakan oleh Program Studi Ilmu ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) di Aula BAU, Rabu (2/5).
Selain penyempitan lahan, masalah mendasar yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah di bidang pangan adalah tingginya tingkat ketergantungan Indonesia pada produk impor terutama benih holtikultura dan pakan ternak.
“Saat ini, beberapa bahan pangan seperti beras, daging sapi, gula, gandum, bawang putih kedelai, dan garam masih harus diimpor dari luar,” tambahnya.
Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah pengembangan pedesaan sebagai upaya memakmurkan masyarakat pedesaan dengan memanfaatkan sumber daya alam, khususnya sumber daya maritim dan agraris sehingga hasil-hasil pertanian tersebut menjadi produk industri utama di tengah masyarakat.
“Tidak akan mandiri suatu bangsa jika pangannya masih dikuasai negara lain”, ujar Prof Laode menandaskan.
Shared:
Komentar