Gandeng Yayasan Sayangi Tunas Cilik, UMM Bekali Mahasiswa Keterampilan Pekerja Sosial
Author : Humas | Senin, 13 Agustus 2018 16:09 WIB
|
Penandatangan MoU antara FISIP UMM dengan Yayasan Sayangi Tunas Cilik |
Sebagai upaya memudahkan mahasiswa melakukan riset, magang, dan praktikum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Yayasan Sayangi Tunas Cilik yang merupakan partner dari Save The Children Indonesia, Senin (13/8) di Aula BAU UMM.
Perjanjian dibuat agar kedua belah pihak dapat menyelenggarakan program-program penelitian sosial baik oleh dosen maupun mahasiswa, praktikum mahasiswa dalam pelayanan terhadap anak dan pengabdian masyarakat oleh tenaga pengajar. Objek perjanjian nantinya adalah penelitian, praktikum, dan pengabdian masyarakat di Pusat Dukungan Anak dan Keluarga yang diselenggarakan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik bekerjasama dengan Dinas Sosial Kabupaten Malang
Rektor UMM, Fauzan menyampaikan bahwa kerjasama antara keduanya secara khsuus menjadi langkah yang tepat untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan mahasiswa. Hal ini sehubungan dengan program UMM Pasti yang tengah digalakkan kampus putih untuk membekali calon lulusan.
“UMM sendiri mempunyai program Pasti. Program itu bertujuan untuk menghadapi dinamika sosial yang pada hakekatnya menuntut adanya kejelasan dan kepastian pendidikan. Ini menjadi bekal karena orang yang hebat adalah orang yang membekali diri,”tambahnya.
Usai sambutan rektor, acara dilanjutkan paparan oleh Tata Sudrajat selaku Families First Signature Program Director Yayasan Sayangi Tunas Cilik. Sudrajat mengungkapkan bahwa berdasarkan data Direktorat Anak Kemsos tahun 2016 masih banyak permasalahan sosial terutama yang menyangkut anak-anak di Indonesia.
"Sebanyak 997.000 bayi terlantar, 2,3 juta anak terlantar di jalan dan 7.466 Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) serta 6.300 anak memerlukan perlindungan khusus. Kesadaran hukum di Indonesia memang sudah ada tetapi kekerasan masih menjadi budaya,” ujarnya memaparkan data Direktorat Anak Kementrian sosial 2016.
Sementara itu, pegiat sosial mitra Yayasan Sayangi Tunas Cilik asal Australia Karen Flanagan menyemangati para mahasiswa FISIP, tidak hanya Program Studi Kejahteraan Sosial namun juga Hubungan Internasional (HI), Ilmu Pemerintahan (IP) dan Ilmu Komunikasi untuk terjun menjadi pekerja sosial.
Ia juga mengungkapkan fakta bahwa dinegaranya saat ini pekerja sosial sangat dibutuhan, berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya dimana profesi ini memerlukan waktu 30 tahun untuk bisa diakui dan di terima masyarakat. Sementara itu, untuk bidang penanganan, sambung Karen, pekerja sosial di Indonesia dan Australia memiliki kosentrasi yang berbeda.
"Kalau Indonesia kebanyakan isu sosial tentang anak, di Australia lebih pada bidang narkoba, kesehatan mental, dan kekerasan terhadap lansia," pungkasnya.
Shared:
Komentar