Kajian Ramadhan yang diisi oleh Menko PMK Prof. Muhadjir (Foto : Istimewa) |
Dalam rangka memperingati turunnya ayat suci Al-Quran atau Nuzulul Quran, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) gelar syiar ramadan bertema Quran sebagai Inspirasi Membangun Masyarakat Literer. Acara ini diselenggarakan secara luring di Dome UMM. Selain itu juga disiarkan secara daring langsung memalui kanal Youtube UMM pada Jumat (30/04).
Didapuk sebagai pemateri, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. menjelaskan dalam paparannya bahwa Islam sangat mementingkan pengetahuan dan literasi. Ayat yang pertama kali di turunkan Allah SWT memerintahkan manusia untuk membaca. Tidak hanya membaca huruf, tetapi juga membaca fenomena alam dan sosial yang merupakan tanda-tanda kehadiran Allah SWT.
“Karena hal tersebut, membaca merupakan pintu awal untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang begitu banyak. Dengan membaca Al-Quran pula, manusia akan mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Pun juga sebagai petunjuk dan pembeda hal mana saja yang baik serta apa saja yang buruk,” ujar Muhadjir.
Baca Juga : Syiar Ramadan UMM Kaji Tema Muhammadiyah dan Perdamaian
Muhadjir kembali menuturkan bahwa Al-Quran memiliki makna yang dalam. Selain itu kitab suci umat muslim ini juga kaya akan makna. Karena kaya akan makna, meski surat dan ayat yang dibaca sama, tidak jarang tafsirnya bisa berbeda tergantung pada kesiapan, kemampuan, dan bekal pengetahuan pembacanya.
“Membaca Al-Quran secara berulang-ulang akan mengembangkan pengetahuan dan keimanan kita. Karena itu saya berpesan pada para dosen dan karyawan UMM agar membacanya setiap hari. Minimal para peserta bisa memahami dengan baik satu ayat satu hari. Sesekali bsia membaca terjemahan agar bisa menjadi pedoman, tidak hanya menjadi bacaan saja,” kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia tersebut.
Baca Juga : Ano Berbagi Kisah Ramadan di Negeri Kangguru
Sementara itu, pada akhir acara Dr. Fauzan, M.Pd mengatakan bahwa dinamika kehidupan agama selalu mengikuti bagaimana kehidupan sosial masyarakat berjalan. Jika kehidupan sosial berjalan hanya berdasar formalitas maka kehidupan agama juga akan seperti itu.
“Untuk itu saya berharap kita dapat mengembangkan kemampuan internalisasi. Kemampuan ini berfungsi agar kehidupan agama tidak hanya sekadar formalitas saja, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas keimanan yang kita miliki,” tandasnya. (syi/wil)