Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek RI Dr. Restu Gunawan, M.Hum. (Foto : Lintang Humas) |
Budaya Indonesia saat ini telah banyak bergeser. Masyarakat banyak mempelajari budaya lain dibandingkan budaya sendiri yang dirasa terkesan tertinggal. Seperti contohnya saat ini banyak masyarakat Indonesia yang menyukai budaya Korea. Hal itu dijelaskan Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek RI Dr. Restu Gunawan, M.Hum. dalam kuliah tamu, 22 Oktober lalu. Acara yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan tajuk pemajuan kebudayaan dan diplomasi budaya itu diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan
"Bukan salah jika menyukai budaya lain, tapi jangan sampai terlupa akan identitas aslinya. Kini masyarakat banyak menyukai budaya luar negeri, contohnya masyarakat yang menyukai budaya Negara Korea seperti KPOP, makanannya, hingga pakainnya. Hal ini merupakan salah satu pengaruh dari perkembangan kolaborasi antara budaya dan juga teknologi," kata Restu.
Baca Juga : Cacingan Dapat Menghambat Prestasi Anak? Ini Penjelasan Dokter UMM
Resti mengatakan, budaya merupakan identitas suatu bangsa, termasuk Indonesia. Budaya menjadi identitas, jati diri, juga menjadi nama. Menurutnya, budaya bukan tidak boleh dikembangkan. “Mungkin ada beberapa orang yang menyukai pakemnya. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan sehinnga bisa memberikan nilai lebih pada budaya," jelasnya.
Contoh kolaborasi menurut Restu adalah pakaian atau makanan tradisional yang dikembangkan dari segi rasa, keunikan, hingga bentuknya. Hal ini akan menarik perhatian dunia dan juga dapat digunakan sebagai salah satu cara diplomasi budaya ke mancanegara.
Contoh mudahnya adalah pengembangan kain batik sebagai pakaian sehari-hari atau digunakan pada saat bertemu teman. Hal ini juga bisa menjadi salah satu cara untuk diplomasi mengenai budaya kita kepada masyarakat nasional maupun internasional.
Ia menegaskan, pemerintah telah melakukan pelestarian terhadap kebudayaan Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan yakni dengan melakukan pencatatan terhadap aksara kuno, dokumentasi benda sejarah, hingga pembuatan film berbasis budaya agar masyarakat mengetahui dan ikut melestarikan.
Pemerintah juga membuka program Beasiswa LPDP yang berkolaborasi dengan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) untuk memberikan beasiswa bagi para pelaku budaya yang ingin melanjutkan studi. Sehingga para pelaku senin memiliki banyak peminat dan menjadi ladang diplomasi untuk memperkenalkan budaya ke kancah nasional maupun internasional.
“Maka dari itu, jangan sampai budaya Indonesia ini hilang di tangan kalian. Lestarikanlah dengan berbagai cara. Mungkin masyarakat saat ini tidak terlalu menyukai budaya sendiri, namun lima tahun ke depan bisa jadi masyarakat menyukai kembali budayanya,” tambahnya.
Di sisi lain, Rektor UMM Prof. Dr. Fauzan M.Pd. juga menjelaskan bahwa budaya adalah identitas. Budaya itu bersifat konstruktif yang artinya membangun untuk menghasilkan sesuatu yang baik. “Orang akan menjadi rapuh jika meninggalkan budaya. Namun jika budaya dilestarikan dan dikembangkan tentu bisa menjadi citra dan wajah kita untuk menghadapi perubahan zaman,” katanya mengakhiri. (Tri/Wil)