Rektor UMM Fauzan pada kegiatan halal bi halal keluarga besar UMM, Sabtu (16/7). |
TRADISI Halal bi Halal dan Silaturrahim keluarga besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terus berlanjut. Tak kurang 2.000 orang dari kalangan dosen, karyawan serta keluarganya turut hadir di acara yang berlangsung di UMM Dome, Sabtu (16/7). Dari unsur pimpinan, selain rektor dan para wakil rektor, hadir pula Ketua Badan Pembina Harian UMM, Prof Dr Malik Fadjar, MSc, ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Dr. M. Saad Ibrahim, serta jajaran direksi unit bisnis di lingkungan UMM.
Rektor UMM, Drs. Fauzan, MPd, mengatakan halal bi halal di UMM ini merupakan tradisi yang setiap tahun dimaksudkan untuk silaturahim sekaligus konsolidasi kekuatan keluarga besarnya. Dengan saling bersilaturahim, katanya, UMM akan kuat dan semakin berkualitas.
“Setelah berpuasa sebulan penuh, kita melaksanakan konsolidasi mental, maka saat ini kita akan memetik hasilnya, yakni produk dari puasa kita berupa kualitas diri yang semakin baik. Dan kualitas diri itu dikonsolidasikan untuk membawa manfaat sebesar-besarnya bagi kita semua khususnya untuk kemajuan UMM,” kata rektor seraya berharap guyub, rukun dan kebersamaan senantiasa dijaga.
Sementara itu, Ketua PWM Jatim mengemukakan pentingnya memahami sejarah terbentuknya keummatan pasca dilaksanakannya puasa Ramadhan pada zaman Rasulullah. Terminologi keummatan baru diperoleh nabi setelah melaksanakan puasa pada tahun 10 H di mana ibadah haji diikuti steidaknya 114.000 orang. Itu artinya, umat Islam terbentuk secara global pada saat itu dan menjadi momentum lebaran atau kemenangan ummat Islam.
“Momentum Idul Fitri dengan demikian adalah hari raya yang menandai usainya puasa untuk membangun keummatan. Para sesepuh UMM dulu juga berpuasa, dan saat ini keluarga besarnya sedang berhari raya. Mungkin saja ada beberapa dosennya yang berpuasa karena masih studi, tetapi yakinlah bahwa juga akan merasakan hari raya baik untuk dirinya maupun untuk UMM,” ungkap Saad berfilsafat.
Saad mengaku sempat sungkan dengan kebesaran nama Malik Fadjar sehingga membatasi diri untuk berkomunikasi. Namun setelah menjadi ketua PWM Jatim dan diajak bicara oleh Malik, kesan itu menjadi luntur dan menganggap Malik sebagai sosok yang hangat dan peduli dengan kalangan yang muda. “Kedekatan ini saya kira sangat penting untuk membangun UMM berkemajuan,” katanya.
Tausyiah disampaikan oleh Mlaik Fadjar. Malik melihat bahwa silaturahim seperti ini patut direnungkan, betapa banyak orang yang harus ditanguung oleh UMM dan betapa besar harapan mereka. Anak-anak kecil yang dibawa oleh ayah-ibunya ke acara ini merupakan bukti bahwa masa depan UMM harus dipikirkan untuk kelanjutan generasi ke generasi mendatang.
“Bukan bangunan fisik yang saya renungkan, tetapi anak-anak kecil yang riang gembira berlarian itu. Itulah generasi yang akan datang yang harus kita pikirkan,” tutur Malik.
Islam, kata Malik, adalah iman dan amal soleh. Oleh karenanya generasi mendatang harus didorong agar memiliki iman yang kokoh dan amal kerja keras yang sabaik-baiknya memberi manfaat bagi orang banyak. “Beramal itu memberi makna buat orang lain. Maka harus ada komitmen untuk beramal, membangun kepercayaan, membangun citra dan membangun institusi,” pungkas Malik.
Sepanjang acara, alunan musik UMM Voice yang dimainkan oleh dosen-dosen UMM mengalun indah. Acara diakhiri dengan salam-salaman antara dosen, karyawan dan pimpinan UMM dilanjutkan dengan makan bersama di tenda-tenda sekitar UMM Dome. (nas)