Halal Bihalal UMM, Menghilangkan Luka Hati melalui Silaturahmi

Author : Humas | Rabu, 17 April 2024 05:01 WIB
Suasana Halal bi Halal Civitas Akademika UMM ( Foto: Lintang Humas)

Idul fitri menjadi momentum perayaan untuk menyambung silaturahmi antar sesama. Idul fitri diartikan sebagai momen mensucikan diri dengan saling memaafkan antar saudara umat muslim. Untuk itu, keluarga besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar halal bi halal dalam rangka mempererat hubungan silaturahmi antar civitas akademika, 16 April 2024 lalu.

Turut hadir juga KH. Nur Cholis Huda, M.Si selaku Penasihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur yang menyampaikan tausiahnya. Ia mengatakan bahwa inti dari halal bi halal idul fitri ini adalah memperbanyak kawat atau tali silaturahmi. Tujuannya adalah untuk menghapuskan setiap dosa yang diperbuat, utamanya hubungan dengan sesama manusia.

"Karena menyembuhkan luka itu sulit. Ibarat menancapkan paku di kayu dan mencabutnya. Lubang tersebut tidak akan mudah tertutup kembali," ucapnya.

Baca juga : Dirjen Haji Sampaikan Khutbah Ied di UMM

Ia mengajarkan, ketika sedang merasa marah itu seperti menancapkan paku pada sebuah kayu. Jika hal tersebut diulang terus menerus dapat menjadi sebuah bekas yang sangat banyak dan tidak dapat dihilangkan. Hal ini juga sama seperti sebuah luka fisik maupun hati yang tak akan mudah hilang. 

Cholis juga menyampaikan ada dua tujuan utama dari halal bi halal. Yakni menyambung silaturahmi dan kedua untuk menyembuhkan luka di hati.  Menyambung silaturahmi dalam hal ini ialah dengan berteman dengan siapa saja dan tidak memandang status atau kasta. Sementara menyembuhkan luka hati dengan saling memaafkan atas kesalahan yang diperbuat sebelumnya. Karena, jika luka tidak dimaafkan akan mengendap dalam hati dan membentuk kebencian dengan sesamanya.

Sementara itu, Dr. dr. Sukadiono, MM selaku Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur juga mengatakan, dalam memaafkan ada tiga level berbeda. Pertama yaitu ta’fu atau menghapus kesalahan yang diperbuat orang walau tidak bisa melupakannya. Level yang kedua yaitu tashfahu atau memaafkan dengan lapang dada namun tidak bisa berbuat baik kepada orang tersebut. Level ketiga atau tertinggi yaitu taghfiru atau mengampuni kesalahan orang yang menyakiti kita dan tetap berbuat baik kepadanya.

“Kalau bisa, di idul fitri ini kita menjadi manusia dengan level memaafkan tertinggi atau At-taghfiru. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mencapai tingkatan maaf tertinggi yaitu dengan mengingat dan melupakan,” tambahnya.

Maka dari itu, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) sekaligus Badan pembina Harian (BPH) UMM menyampaikan keterkaitan halal bi halal yang diselenggarakan UMM. Yakni dapat menjadi ajang membersihkan diri untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukan. Idul fitri juga menjadi tanda dari proses penyucian jiwa kita dan membuka lembaran baru untuk menjalankan kehidupan.

Baca juga : Lumajang Disambangi Baksos UMM, Tes Kesehatan Gratis hingga Perpus Keliling

Terakhir, Prof. Dr. Nazaruddin Malik, SE., M.Si selaku Rektor UMM berpendapat bahwa halal bi halal memberikan cermin adat kemanusiaan yang dijunjung tinggi di atas segala perbedaan dan kepentingan. Silaturahmi atau menyambung hubungan dengan istilah halal memberikan inspirasi mengatasi persoalan dan membuat suasana hangat. Hal itu juga menjadi kunci membuka pintu rezeki halal dan thayyib.

Sementara idul fitri atau fitrah sendiri memiliki makna penting yaitu atau al khair (baik dan benar dalam keilmuan) yang digunakan untuk menjalankan tugas maupun kehidupan kemanusiaan kita dihadapan Allah.

“Hal Ini juga mencerminkan cara kita menyikapi tantangan dan dinamika menjalankan misi kemanusiaan. Membawa UMM menjadi bermartabat serta bermaslahat bagi seluruh umat,” tegasnya mengakiri. (tri/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image