Harvest Day Farm: Bisnis Pertanian Ala Aktivis UMM
Author : Humas | Senin, 30 Agustus 2021 10:13 WIB
|
Harisuddin saat hadir di UMMTalks. (Foto: Istimewa) |
Menjadi aktivis tidak melulu berkutat pada urusan organisasi, tetapi juga bisa dibarengi dengan berbisnis. Hal itulah yang dilakukan oleh Harisuddin, mahasiswa Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Selain menjadi aktivis di Kampus Putih, ia juga telah membangun bisnis pertanian bernama Harvest Day Farm. Bersama UMMTalks pada Sabtu (21/08) lalu, ia menceritakan bagaimana membangun usaha di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa dan aktivis organisasi.
Haris, sapaan akrabnya mengungkapkan bahwa ia mendirikan Harvest Day Farm sejak tahun 2020. Tepatnya saat awal pandemi Covid-19. Ia mengaku kegiatan kampus yang tidak begitu padat membuatnya berinisiatif menyusun dan membangun bisnis tersebut. Haris tidak sendiri, ia ditemani satu kawannya dalam merintis Harvest Day Farm hingga saat ini.
Uniknya, pemberian nama Harvest Day Farm tersebut berangkat dari ketertarikannya akan gim berjudul Harvest Moon yang ia mainkan saat kanak-kanak. Hal itu membuatnya termotivasi untuk terus menanam serta memanen seperti yang dilakukannya di dalam permainan. "Meski melakukan proses panen setiap hari belum bisa terealisasi, paling tidak saya ingin memanen pahala setiap hari melalui platform Harvest Day Farm ini," imbuhnya.
Mahasiswa kelahiran Lamongan ini menjelaskan Harvest Day Farm sendiri adalah platform yang berfokus pada edukasi dan penyediaan produk pertanian. Sehingga akan memuat informasi dan literatur terkait yang membahas pertanian pula. Lebih lanjut, Harvest Day Farm juga telah mengadakan kegiatan webinar dan pelatihan, seperti pertanian organik dan hidroponik. Pelatihan gratis bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat akan dunia pertanian. Sementara yang berbayar ditujukan kepada orang-orang yang ingin mengembangkan pertaniannya.
Selain jasa, Harvest Day Farm juga menyediakan produk pertanian, yakni penyediaan bibit. Salah satu bibit tersebut ialah bibit stroberi. Adapun Haris telah menjalin kerja sama dengan para mitra petani yang berada di Batu. Ketertarikannya untuk menyediakan bibit juga berangkat dari permasalahan tengkulak yang seringkali memainkan harga. “Selain stroberi, kami juga menyediakan bibit pakcoy, selada dan bibit-bibit lain,” terangnya.
Mahasiswa yang menjabat sebagai Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMM ini memiliki tujuan untuk meningkatkan minat pertanian kepada milenial. Dengan begitu, angka petani muda dapat tumbuh pesat di Bumi Nusantara. “Melihat angka petani milenial yang berada di angka 8% membuat saya bersemangat untuk mengajak anak-anak muda untuk mengembangkan pertanian di Indonesia,” tutupnya. (haq/wil)
Shared:
Komentar