Proses survey opini publik di sejumlah wilayah di Kabupaten Malang. (Foto: Istimewa) |
MENJELANG pemilihan kepala daerah 2020 mendatang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Muhammadiyah Malang (FISIP UMM)yang telah terdaftar sebagai salah satu lembaga survey di KPU Kabupaten Malang telah menurunkan 60surveyor selama lima hari mulai tanggal 17-22 November 2020.
“Survei FISIP UMM ini dilakukan sebagai wujud kepedulian dan sekaligus tanggung jawab moral akademik untuk turut mengawal proses demokrasi yang transparan dan akuntabel menjelang hajat politik di Kabupaten Malang,” ungkap Dr. Rinikso Kartono, dekan FISIP UMM.
Menurut Ruli Inayah Ramadhon, M.Si, ketua tim survey mengatakan bahwa survey opini publik itu memiliki aspek penting,baik bagi kandidat pasangan calon maupun masyarakat secara luas.Data empirik dan terukur dilapangan setidaknya mampu mengukur aspek popularitas (popularity), aspek di sukai (likeability), dan peluang keterpilihan (electability).
Baca juga: Kemendikbud Gelar Sosialisasi Kedai Reka di UMM
Survey Opini Publik Pra Pilkadaini dalam penarikan sampelnya menggunakan metode Multistage Systematic Random Sampling dengan margin of error (MoE) kurang lebih 4 %, dengan tingkat kepercayaan 95 %. Survey ini dilakukan dengan sistem wawancara langsung tatap muka dengan responden masyarakat kabupaten Malang.Survei dilakukan terhadap 600 orang responden yang tersebar secara proporsional di seluruh kabupaten Malang.
Ada sejumlah temuan menarik yang didapatkan dari hasil pra survey ini. Penilaian publik terhadap kinerja Bupati Malang menunjukkan trend positif, yakni sebesar 77.5%. Hal ini tentu menjadi keunggulan dan kekuatan politik bagi paslon incumbent Sanusi-Didik.
“Temuan survey ini memperlihatkan bahwa kinerja bupati dalam membangun kerukunan umat beragama, peningkatan layanan kesehatan, dan peningkatan kualitas layanan publik diakui keberhasilannya dan diapresiasi oleh publik. Namun di sisi lain, ada PR sekaligus catatan evaluasi untuk pemerintah Kabupaten Malang dalam hal peningkatan perekonomian masyarakat, menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran, juga dalam hal penyediaan bantuan modal dan kredit usaha rakyat,” ungkap Zen Amirudin, M.Med.Kom., pakar Komunikasi Politik UMM.
Baca juga: Kesebelasan UMM Juara 1 di Pertandingan Sepak Bola Internal Persema PSSI
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pasangan calon dalam Pilkada. Faktor tersebut diantaranya adalah tingkat popularitas, kapabiltas, akseptabilitas dan elektabilitas. Survey menyebutkan dari keempat faktor tersebut, pasangan calon no 1 Sanusi-Didik Gatot memiliki keunggulan yang cukup signifikan dibandingkan dua pasangan calon lainnya.
Data riset menyebut tingkat popularitas paling tinggi diraih oleh pasangan calon nomer 1 (84,5%), bersaing tipis di paslon nomor 2 (72,2%) dan paslon independen di posisi terakhir dengan perolehan data sebanyak 40%. Tingkat penerimaan publik juga didominasi oleh paslon nomor urut 1 dan paslon nomor urut 2.
Sementara itu dari tingkat elektabilitas calon pasangan bupati-wakil bupatipilihan publik berdasarkan pertanyaan terbuka(top of mind), ada dua nama yang muncul dengan urutan teratas, yakni paslon Sanusi-Didik Gatotsebanyak 46,00% dan Latifah Shohib-Didik Budisebanyak 29,67%. Sementara, pasangan independen Heri Cahyono-Gunadi Handoko hanya 6,33%. Sisanya, adalah nama-nama lainnya.
Baca juga: Bangun Karakter Wirausaha Anak Lewat Membatik
Dalam butir pertanyaan pilihan terkait pasangan bupati dan wakil bupati pilihan publik juga menunjukkan bahwa paslon Sanusi-Didik Gatot menempati posisi tertinggi dengan prosentase 52,43%, disusul oleh paslon Latifah-Didik Budi sebesar 33,67%. Paslon independen masih menempati posisi di bawah 10%.Sisanya 5,53% menjawab tidak tahu.
Namun, perlu juga dilihat posibilitas publik merubah pilihannya (swing voter). Potensi swing voter masih sangat besar pada Pilkada Kabupaten Malang. Utamanya dari masyarakat rentang usia 26-35 dan 36-45 tahun. Swing voter dari usia 26-35 tahun yang kemungkinan merubah pilihannya sebesar 53,5 %. Disusul kemudian di rentang usia 36-45 tahun sebesar 53,6 %.
Sementara itu, menariknya untuk rentang usia 17-25 tahun justru yang masih mungkin merubah pilihannya yakni sebesar 39 % (notabene kecil) dan yang sudah menetapkan pilihan yakni sebesar 50 %. “Sehingga, barangkali perlu adanya pengemasan pesan politik dari para paslon yang lebih efektif,” ungkap Zen Amirudin.
Lebih jauh lagi,data survey juga menunjukkan tingkat partisipasi politik masyarakat di Kabupaten Malang terbilang tinggi. Hasil inijuga menjadi angin segar bagi perkembangan dunia politik lokal di Kabupaten Malang. Dalam survei tersebut, sebanyak 92 % dari total responden memastikan akan memberikan suaranya pada hari pemilihan. Sebanyak 80,9% responden juga telah mengetahui akan ada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Malang. Hal ini menjadi indikasi positif bahwa tingkat politic literacy di masyarakat Kabupaten Malang cukup baik.
“Hasil survei yang menyatakan tingginya partisipasi politik di Kabupaten Malang ini sekaligus merupakan tantangan bagi pihak penyelenggara dan semua paslon untuk membuktikannya,” pungkas Zen. (*/can)