Widhiyo Sudiyono, ST., M.A.B Dosen prodi Manajemen UMM. (Foto : Rizki Humas) |
Pensiun dini menjadi hal yang marak dilakukan oleh para pekerja saat ini. Alasannya beragam, mulai keinginan untuk berwirausaha, kondisi kesehatan tertentu, kebebasan, hingga waktu berkualitas dengan keluarga. Meski menjadi sebuah tren di masyarakat, Dosen Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Widhiyo Sudiyono, ST., M.A.B mengatakan tidak semua pensiun dini terjadi karena keinginan pekerja itu sendiri. Beberapa pekerja diberi penawaran oleh perusahaan pensiun dini untuk mengurangi karyawan pada perusahaan tersebut.
“Tidak hanya keinginan pegawai, sering kali perusahaan juga menawarkan pensiun dini kepada pekerjanya untuk mengurangi pekerja yang kurang produktif. Misalnya dengan memberi iming-iming pesangon berkali-kali lipat daripada gajinya,” ujarnya.
Membahas lebih dalam, Widhiyo menyampaikan sebenarnya pensiun dini dapat dilakukan jika seseorang sudah memiliki passive income dalam bentuk investasi atau tabungan yang dapat mencukupi kehidupannya hingga masa tua. Selain itu, pekerja juga bisa memiliki usaha agar uang pesangon dari perusahaan dapat diputar untuk kehidupan sehari-hari.
Baca juga : Ikom UMM Kembangkan Puluhan Potensi Wisata di Jawa Timur
“Saya menyarankan bagi para pekerja yang ingin pensiun dini untuk menggunakan metode Investasi dollar cost averaging (DCA), mempunyai usaha di area rumahnya, atau menabung di bank,” kataya.
Ia menambahkan DCA adalah upaya menyisihkan jumlah pendapatan tertentu secara tetap setiap bulannya untuk diinvestasikan. Jadi misalkan gajinya masih kecil, mungkin skema yang digunakan adalah 70-20-10, di mana 70% untuk kebutuhan hidup, 20% untuk keinginan dan 10% untuk investasi.
“Dengan metode investasi DCA ini, kita menyisihkan dana untuk bernvestasi dengan nominal dana tetap setiap bulannya, misalnya 1 juta per bulan. Lalu misalnya kita putuskan untuk berinvestasi di saham Bank BRI (Kode Saham BBRI). Setiap bulan dana 1 juta tersebut kita investasikan ke saham BBRI tidak peduli saat itu harga saham sedang naik atau turun. Ini bisa menjadi bekal di masa tua nanti,” tambahnya.
Baca juga : Larangan Memberi Pengemis Apakah Sudah Tepat? Begini Kata Dosen UMM
Meski banyak kelebihan dari pensiun dini, namun hal ini harus tetap dilakukan penuh pertimbangan. Pensiun dini juga memiliki kekurangan, salah satunya kenyataan bahwa dunia usaha perlu kerja keras dan penuh ketidakpastian. Jika tak pandai menyesuaikan diri, seseorang bisa sangat rentan dan beresiko untuk gagal.
“Saran saya, jangan pensiun dini sebelum usaha yang dibangun berjalan stabil dan mapan. Sebaiknya upayakan sampai punya tujuh pemasukan dari tempat berbeda. Salah satunya bisa dari tetap bekerja, dan sisa enamnya adalah usaha,” tambahnya.
Terakhir, ia menyarankan persiapan lebih awal bagi individu yang masih berada di usia produktif dan dan ingin pensiun dini suatu saat nanti. Salah satunya dengan mengupayakan total pengeluaran jauh di bawah total dari passive income. Passive Income adalah pendapatan yang kita dapatkan tanpa bekerja dan idealnya jika sudah meninggal, pendapatan ini tetap terus mengalir bagi anak dan cucu kita.
“Rumusnya memang sangat sederhana, namun pelaksanaannya sangat sulit. Untuk teman- teman pelajar, saran saya mulai terus belajar tentang investasi dan berwirausaha. Ilmu berwirausaha ini juga sangat berguna di dunia kerja, karena hampir semua bidang butuh sudut pandang wirausaha,” ujar Widhiyo mengakhiri. (*riz/wil)