Ini 5 Kualifikasi Dosen di Era Revolusi Industri 4.0 Menurut Komisi VII DPR RI
Author : Humas | Rabu, 19 Desember 2018 16:13 WIB
 |
Sejumlah pimpinan DPR RI saat mendengar aspirasi dan pendapat dari mitra kerja dan sejumlah perguruan tinggi Malang Raya. (Foto: Aan/Humas) |
Di era revolusi industri 4.0, profesi dosen semakin kompetitif. Pada era ini Dosen memiliki tuntutan lebih, baik dalam kompetensi maupun kemampuan untuk melakukan kolaborasi riset dengan berbagai pihak tingkat dunia.
Demikian disampaikan Ridwan Hisjam, Wakil Ketua Komisi VII DPR di acara Kunjungan Kerja Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Komisi VII di Universitas Muhammadiyah Malang, Rabu (19/12).
“Kondisi Dosen Indonesia saat ini sendiri masih didominasi oleh generasi baby boomers dan generasi X yang merupakan digital immigrant. Sementara mahasiswa yang dihadapi merupakan generasi millennial atau digital native,” katanya.
Sehingga, dipaparkan Ridwan, setidaknya terdapat lima kualifikasi dan kompetensi dosen yang dibutuhkan di era revolusi industry 4.0. Pertama, educational competence, kompetensi berbasis Internet of Thing sebagai basic skill di era ini.
Kedua, competence in research, kompetensi membangun jaringan untuk menumbuhkan ilmu, arah riset, dan terampil mendapatkan grant internasional. Ketiga, competence for technological commercialization.
“Dosen harus punya kompetensi membawa grup dan mahasiswa pada komersialisasi dengan teknologi atas hasil inovasi dan penelitian,” terangnya di depan sejumlah rektor dan pimpinan perguruan tinggi Malang Raya.
Keempat, competence in globalization, dunia tanpa sekat. Yakni dosen dituntut tidak gagap terhadap berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan memecahkan national problem.
Serta, yang terakhir atau kelima. competence in future strategies. Di mana dunia mudah berubah dan berjalan cepat. “Sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya,” pukasnya.
Dilanjutkan Ridwan, berbagai upaya yang bisa dilakukan di antararanya dengan cara joint-lecture, joint-research, joint-publication, joint-lab, staff mobility dan rotasi, paham arah SDG’s dan industri, dan lain sebagainya. (*/can)
Shared:
Komentar