MENJADI pebisnis sudah jadi bagian dari hidup Riris Fifantoro Wijaya. Lulusan terbaik UMM dari Prodi Teknik Informatika (TI) ini sudah memulai usaha terutama dalam bidang internet sejak 2009. Pria asli Malang kelahiran Wamena, 20 Februari 1990 ini akhirnya memutuskan kuliah sejak banyak ditanyakan oleh para customernya, “Kamu kuliah di mana?”.
Meski sambil bekerja, prestasi Riris di bidang akademik juga tak bisa dipandang sebelah mata. Tak hanya berhasil meraih IPK 3,97 saja, ia tercatat pernah menjuarai kompetisi Cyber Defence bersama timnya dan menjadi wisudawan terbaik di periode IV 2015. “Selama kuliah tidak ikut banyak organisasi, karena sudah punya usaha sendiri dan sempat menjadi asisten laboratorium Infokom,” kata Riris yang dikukuhkan sebagai sarjana teknik informatika, Sabtu (28/11).
Dalam menjalankan bisnis yang ia sebut RT/RW Net, putra dari pasangan Sukarjam (alm) dan Sri Hariyati ini bekerjasama dengan mahasiswa asal Kenya yang berkuliah di salahsatu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Malang. “Dia terkendala bahasa saat itu, kemudian ia menawarkan proposal ingin bekerjasama. Jadilah sekarang perusahaan yang kami sebut Indoken, singkatan dari Indonesia-Kenya,” tuturnya saat ditemui di Kantor Humas UMM.
Perjalanan bisnisnya pun tidak selamanya mulus. Ia pernah mengalami kerugian saat pertama kali mulai membuka bisnisnya. “Saya kan dapat modal dari saudara yang kebetulan jadi guru. Dan dalam bisnis ini, yang besar adalah investasi peralatannya. Untuk membangun tower saja butuh dana sekitar 7 juta. Jadi awal kali buka bisnis, prinsip saya adalah gotong royong. Saya bantu menghubungkan customer ke jaringan internet dulu yang terpenting. Urusan keuntungan dan rejeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa,” ujar Riris.
Berkat kegigihannya dalam berbisnis, dalam sebulan ia bisa meraup omset hingga 5 juta. Bahkan selain bisnis internet, ia juga membuka bisnis travel dan tiket pesawat. Keuntungannya pun sama, sekitar 5 juta per bulan. “Untuk bisnis tiket ini bahkan saya sudah punya mitra dari salahsatu perusahaan tambang di Kalimantan Utara,” katanya.
Ditanya mengenai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Riris mengaku siap dengan tantangan yang sudah menanti di depan. Agar mampu bersaing, menurut Riris, adalah dengan jalan berani berwirausaha sejak mahasiswa. “Kita coba ciptakan peluang sendiri dari apa yang ada disekitar kita, kemudian kita tekuni dan maksimalkan,” ucapnya.
Selain dunia bisnis, ia juga menciptakan aplikasi android khusus angkutan kota (angkot). Aplikasi ini, kata Riris merupakan aplikasi hasil penelitian skripsinya. Ia menjelaskan, aplikasi ini akan memudahkan calon penumpang untuk menghubungi supir angkot sesuai trayek yang dipilihnya. “Saat ini masih trayek dari Terminal Landungsari saja, dan aplikasi ini masih sebatas simulasi. Karena jika ingin diwujudkan, harus ijin dengan dinas-dinas terkait dan dari paguyuban supir-supir angkot yang ada,” tuturnya.
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan kedepan aplikasi ini dapat diwujudkan. “Saat ini sudah ada teman saya yang meneruskan penelitian skripsi saya tentang aplikasi ini, semoga nanti bisa terwujud aplikasinya,” kata Riris. (zul/nas)