Fachrul Rozi didepan Gedung Fakultas Syari'ah Universitas Islam Madinah (Foto : Istimewa) |
Meski Arab Saudi memiliki jumlah muslim yang banyak seperti Indonesia, ada banyak perbedaan kebiasaan yang muncul. Utamanya saat bulan Ramadan tiba. Hal itu pula yang dirasakan Fachrul Rozi, salah satu alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang kini tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi dengan beasiswa.
“Ini menjadi momen bulan puasa pertama saya di luar negeri dan jauh dari tanah air. Tentu rindu, tapi alhamdulillah Ramadan di sini juga ramai seperti di Indonesia,” katanya.
Rozi, begitu ia kerap disapa, mengatakan bahwa salah satu kegiatan yang membuatnya kagum adalah saat-saat menjelang berbuka. Meski sama-sama berbagi makanan, tapi orang-orang di Madinah sangat jor-joran dalam memberikan makanan. Mereka seakan berlomba-lomba berbagi dan berusaha mendapatkan banyak kebaikan di Ramadan. Makananya juga beragam, mulai dari daging sapi, nasi briyani, kebab, dan makanan khas Arab lainnya.
“Saya sempat kaget saking banyak dan melimpahnya makanan untuk berbuka. Alhamdulillah, saya dan teman-teman juga turut bergabung memberikan makanan bagi para muslim di sini,” tambahnya.
Pria alumnus Hukum Keluarga Islam UMM itu juga menyebut bahwa di Madinah, kurma seakan menjadi makanan wajib untuk berbuka. Biasanya orang-orang di Arab menyantapnya berbarengan dnegan yogurt. Menariknya, rasa fresh yoghurt zabadi sedikit berbeda ketimbang yogurt-yogurt pada umumnya. Ada campuran zabadi yang dituangkan ke dalamnya sehingga mempunyai cita rasa yang asam, asin, dan sedikit manis. Sayangnya, Rozi tidak begitu menyukainya karena sedikit tidak cocok untuk lidah orang Indonesia.
Baca Juga : Minuman Mawar Karya Dosen UMM Sukses Menangi Kompetisi Produk Kreatif
Hal lain yang membuat Rozi takjub adalah kultur masyarakat yang benar-benar berhenti beraktivitas saat azan tiba, kemudian berbondong-bondong salat berjamaah di masjid. Bahkan para warga juga saling mengingatkan untuk segera melaksanakan salat. Hal itu berlaku bukan hanya saat magrib saja, tapi juga di setiap waktu azan. Kemudian saat selesai salat, aktivitas kembali berjalan normal.
“Memang Arab, terutama Madinah adalah tempat di mana Islam turun dan berkembang pada awalnya. Tapi tetap saja, hal seperti ini membuat saya berdecak kagum. Saya bersyukur bsia menginjnakkan kaki di Kota Nabi ini,” ungkapnya.
Terakhir, Rozi juga mendorong anak-anak muda untuk bermimpi dan mengejarnya dengan sungguh-sungguh. Termasuk bersekolah dan menimba ilmu di luar negeri. Namun, jangan lupa untuk membawa ilmu dan pengetahuannya pulang ke tanah air serta membagikannya kepada yang lain.
Baca Juga : Patrol Sahur Mahasiswa Asing UMM hingga Bagi Sahur Masakan Chef Hotel Berbintang
“Hal itu sesuai dengan prinsip saya yakni ‘Pergi untuk Kembali”. Jadi keberadaan saya di sini hanya sementara untuk menuntut ilmu. Tujuan utama saya insyaAllah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman saat kembali ke Indonesia nanti,” pungkas Rozi. (Ri/Wil)