Agenda kajian Ramadan yang dilaksanakn UMM. (Foto: Syifa/Humas) |
Agenda rutin tahunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali digelar. Sama seperti tahun lalu, UMM melangsungkan kajian Ramadan bagi seluruh karyawan dan dosen. Agenda ini digelar secara luring bertempat di Dome serta daring melalui kanal Youtube UMM pada Selasa (20/4). Adapun Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si., Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah didapuk sebagai pemateri dan menjelaskan terkait Muhammadiyah dan Misi Pencerahan Kemanusiaan.
Mengawali sambutan, Rektor UMM, Dr. Fauzan, M.Pd. menerangkan bahwa tema kajian merupakan bentuk semangat dari jargon UMM “Dari Muhammadiyah untuk Bangsa”. Selain itu juga untuk mempertegas fungsi kehidupan kampus bagi kemaslahatan masyarakat. “Tema ini juga menjadi salah satu langkah menegakkan kembali bahwa hidup haruslah mencerahkan, baik secara personal maupun institusional,” terangnya.
Fauzan kembali melanjutkan bahwa tema yang diusung berangkat dari salah satu ayat Al-Quran yang mengajak untuk mengeluarkan dan mengentaskan diri dari kegelapan menuju ke arah yang lebih cerah. “Tentu saja saya berharap agar tema ini tidak hanya menjadi tema kajian pada hari ini saja. Tapi juga bisa menjadi tema kehidupan bapak dan ibu sekalian,” pesannya.
Baca juga: Tim Dosen UMM Ajak Siswa Cintai Budaya Lewat Pelatihan Batik Shibori
Dalam kesempatan yang sama, Haedar, panggilan akarabnya memulai paparan kajian dengan memberi selamat kepada UMM. Hal itu tidak lepas dari capaian UMM yang ditetapkan menjadi Top Islamic University di dunia. “Ini adalah hasil dan bukti kerja keras yang mencerahkan dari seluruh keluarga besar UMM,” ungkapnya.
Haedar juga menerangkan bahwa kata “pencerahan” sudah dipopulerkan sejak tahun 2000-an. Kata ini dinisbahkan pada pergerakan Muhammadiyah generasi awal, utamanya saat Ahmad Dahlan baru saja mendirikan organisasi Muhammadiyah. Selain itu juga menjadi mata rantai penghubung kepada risalah Rasulullah SAW.
Adapun kata pencerahan atau tanwir dalam bahasa arab diambil dari kata nur. Ia kembali menjelaskan bahwa dalam kamus Munjid, nur memiliki tiga arti. Pertama, nur diartikan sebagai cahaya yang menerangi. Kemudian juga bisa dipahami sebagai naara atau api dan panas. Istilah ketiga merujuk ke kata arr’yu yang berarti akal pikiran.
Baca juga: Taekwondo UMM Borong Medali di Kompetisi Internasional
Haedar juga sempat menyebut salah satu contoh gerakan pencerahan yang terjadi di masa lalu. Rasulullah lahir dan hadir di tengah sistem masyarakat jahiliyan dan bodoh. Kemudian Islam hadir dan mencerahkan dengan ajaran-ajarannya. Dalam tempo 23 tahun, Islam mampu mengubah bangsa arab yang dulunya dikenal dengan kejahiliyahannya menjadi pemegang kunci peradaban kemajuan umat manusia. “Bahkan bisa bertahan hingga kurang lebih 7 abad lamanya,” tegasnya.
Di tengah paparan, ia juga sempat mengutip perkataan pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Manusia dalam beragama harus memiliki lima hal. Dimulai dengan perlunya wajibnya beragama. Kemudian, kutipan Ahmad Dahlan juga menjelaskan bahwa pada mulany agama itu bercahaya, namun lama kelamaan berubah menjadi suram karena manusia yang salah menggunakannya. Ketiga, manusia juga harus menuntut dari syarat yang sah dan pikiran yang suci. “Mencari tambahan pengetahuan juga menjadi aspek penting. Hingga yang terakhir yaitu menjalankan pengetahuan yang utama,” tuturnya.
Tak lupa, Haedar juga memberi pesan pencerahan bagi para peserta yang hadir. Menurutnya, pikiran yang mencerahkan haruslah dimiliki setiap insan. Hal itu bisa menjadi kekuatan utama, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan masyarakat secara luas. Selain itu, gerakan pecnerahan harus terwujud dalam gerakan keilmuan. Tidak hanya diwakili oleh banyaknya perguruan tinggi, tapi juga tingkat keilmuan yang hadir di tengah masyarakat.
Lebih lanjut, Ketua Umum PP. Muhammadiyah ini juga menekankan bahwa gerakan ini harus melahirkan gerakan yang moderat dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Warga Muhammadiyah harus membawa kemaslahatan bagi umat. Bukan malah sebaliknya, memberikan masalah yang tak kunjung usai. “Pencerahan yang dilakukan seyogyanya juga melahirkan rahmatan lilalamin, rahmat bagi alam semesta,” pungkasnya di akhir materi.
Adapun agenda ini merupakan rangkaian panjang kegiatan Ramadan UMM. Selain kajian tematik, akan ada tadarus Ramadan, baitul arqam hingga safari ramadan. Di samping itu, adapula gelaran dialog lintas generasi, bakti sosial, hingga kajian ramadan mahasiswa. Rangkaian tersebut akan dilangsungkan hingga 30 hari ke depan. (*)