Kelas Profesional FPP UMM Kaji Tantangan Budidaya Udang

Author : Humas | Jum'at, 13 Agustus 2021 08:39 WIB
Heny Budi Utari jelaskan 90% kematian budidaya akuatik disebabkan oleh penyakit. (Foto: Istimewa)
Dalam rangka mendukung pemerintah dalam pelaksanaan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan kelas khusus Profesional Udang. Dilaksanakan pada Senin (09/08) lalu, kelas ini mengundang dua pakar secara online untuk membahas tantangan dalam budidaya udang. Adapun kegiatan tersebut diikuti oleh para mahasiswa yang berminat di bidang budidaya udang.
 
Head of TS dan Training Center dari PT. Suri Tani Pemuka, Sarwana, mengatakan bahwa overfeeding dan penyakit merupakan dua di antara masalah-masalah dalam budidaya udang. Pembicara yang berasal dari Aquafeed Division tersebut menyampaikan bahwa pemberian pakan umumnya menggunakan metode tradisional dengan cara ditebar. Hal ini berpotensi sebagian pakan tidak sampai dan tidak termakan oleh udang.
 
“Hal tersebut akan memicu timbulnya penyakit akibat menumpuknya limbah sisa pakan di dasar kolam. Untuk itu, sudah saatnya petambak beralih ke sistem budidaya intensif untuk memaksimalkan keuntungan,” ujar Sarwana.
 
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, para peternak udang bisa menggunakan alat bernama autofeeder machine. Mesin ini dilengkapi dengan komponen yang dapat diatur untuk memberikan pakan secara perlahan dengan interval waktu tertentu serta dalam durasi yang sudah ditentukan. Pengaturan otomatis tersebut mempermudah pekerjaan petambak dalam mengontrol jumlah pakan yang akan diberikan pada udang. Dengan pakan yang terkontrol, diharapkan akan mengurangi limbah sisa pakan di dasar kolam. Hingga nantinya bisa menjaga kualitas air di mana udang tersebut dibudidayakan. 
 
“Meski demikian, teknologi autofeeder masih memiliki beberapa kelemahan salah satunya adalah pakan yang keluar dari mesin bisa terlontar diluar area tambak. Apalagi jika kolam yang dimiliki terlalu kecil. Selain itu, ketika musim hujan, terkadang pellet pakan cenderung lengket akibat basah sehingga tidak bisa keluar dari mesin,” ungkap Sarwana.
 
Sementara itu, Head Div. FM Technical Service & Lab dari CP. Prima, Dr.Ir.Heny Budi Utari, MSi, menjelaskan bahwa 90% kematian dalam budidaya akuatik disebabkan oleh penyakit. Untuk mengatasi masalah tersebut, penerapan biosecurity menjadi solusi yang patut dicoba. Bisa dimulai dengan memanajemen pakan dan limbah yang baik. Dengan meminimalisir limbah sisa pakan di dasar kolam, kesehatan udang juga akan lebih baik. 
 
“Sudah saatnya para petambak untuk menerapkan manajemen kesehatan dalam pembudidayaan aquatik ini. Bagi para petambak berskala rumah tangga, usahakan memiliki alat untuk mengontrol kualitas air untuk meminimalisir penyakit. Sebut saja alat cek transparansi air, pHmeter dan thermometer,” pungkas Heny. (syi/wil)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image