Mensesneg saat menyampaikan uraian materi (Foto: Istimewa) |
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mengambil langkah cepat dalam dunia pendidikan. Salah satunya bersiap menjadi kampus merdeka belajar dengan mengundang Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prof.Dr. Drs. Pratikno, M.Soc. Sc. dalam kuliah tamu. Agenda yang dilaksanakan secara daring pada Selasa (15/12) tersebut menekankan tema Membangun Ekosistem Inovasi Perguruan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0.
Rektor UMM, Dr. Fauzan, M.Pd. membuka acara dengan memberikan sambutan dan pengantar. Ia mengungkapkan bahwa tantangan dan tuntutan bagi perguruan tinggi semakin banyak seiring waktu. Dua hal kunci yang bisa membantu menghadapinya adalah dengan meningkatkan inovasi dan improvisasi dari segala sisi. Menurutnya, perubahan di era ini bukanlah sebuah pilihan melainkan keharusan.
Baca juga: FEB UMM Mantapkan Mahasiswa Hadapi Bisnis Digital
Pratikno dalam pemaparannya menerangkan perubahan di masa kini berbeda dengan era sebelumnya. Perubahan yang ada sekarang tidak bisa diprediksi. Maka dari itu, menyusun rencana memang penting tapi mengubah perencanaan jauh lebih penting, lebih-lebih di era disrupsi.
Menteri yang sempat mengenyam pendidikan di University of Birmingham itu juga mendorong perguruan tinggi untuk mengubah peran para pendidik. Tidak hanya sebagai pengajar tapi juga sebagai activator, co-designer, learning partner bahkan juga bisa menjadi community developer. “Kiasan perguruan tinggi sebagai menara air sudah tidak relevan lagi. Sekarang, perguruan tinggi lebih dituntut untuk menjadi korek api. Menyulut semangat dan mendukung mahasiswanya untuk menjadi lebih baik,” tutur Pratikno.
Baca juga: Dosen UMM Tulis Buku Matematika dengan Kearifan Lokal
Di samping itu, ia juga mendorong perguruan tinggi untuk berkolaborasi dengan praktisi, khususnya para digital expert. Ia memberi contoh seorang dokter yang kini mau tidak mau harus memahami tentang Artificial Intelegent (AI) maupun algoritma sederhana. Begitupun juga para lawyer yang perannya kini mulai tergeser oleh keberadaan AI.
Pratikno juga menekankan bahwa materi di dalam kelas tidaklah cukup bagi mahasiswa. Mereka memerlukan portofolio dan karya nyata dalam mengahdapi era disrupsi. Selain itu, perguruan tinggi juga dituntut untuk memberikan softskill bagi para peserta didiknya. “Dua hal itu adalah kunci penting bagi mahasiswa untuk menghadapi tantangan yang akan datang,” terangnya lebih lanjut.
Ia melihat bahwa UMM memiliki potensi yang besar untuk menginisiasi perubahan ini, apalagi dengan jaringan kerjasama yang luas. Jaringan tersebut nantinya harus diberi faslitas yag luas pula. “Mungkin nanti UMM bisa membuat platform yang memebrikan kmudahan bagi mahasiswa untuk menentukan tempat magang. Jadi tidak perlu repot mengurus surat dan hal sulit lainnya,” jelas Pratikno.
Terakhir, ia berharap nantinya institusi pendidikan bisa memberikan porsi lebih bagia mahasiswa untuk mengembangkan dirinya. Salah satunya dengan memperbanyak mata kuliah pilihan yang ada. “Kurikulum harus dibuka semerdeka mungkin, dengan begitu pemuda-pemuda yang kita miliki bisa memberikan inovasi dan ide baru,” pungkasnya di akhir uraian materi. (wil)