Kementerian PUPR: Profesi Insinyur UMM Punya Kesempatan Besar Bersaing Secara Global

Author : Humas | Sabtu, 14 Maret 2020 12:06 WIB
Dr. Ir. Putut Marhayudi, MM, Direktur Bina Penyelenggara Jasa Konstruksi Kemeterian PUPR saat menyampaikan materi. (Foto: Mirza/Humas)
Dalam rangka mewujudkan insinyur yang profesional demi meningkatkan daya saing menghadapi implementasi cetak biru masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) 2025, Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar kuliah umum pada Sabtu pagi (14/3).
 
Hadir dalam agenda tersebut yakni Dr. Ir. Putut Marhayudi, MM, Direktur Bina Penyelenggara Jasa Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Ir. Wahyu Hendrastomo, MM., IPU, Kepala Bagian Anggaran Umum, Pusat Pengembangan Kawasan Strategis, Badan Pengembangan Insfrastruktur Wilayah, Kementerian PUPR.
 
Putut yang didaulat sebagai Keynote Speaker pertama memaparkan peluang dan strategi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di dunia konstruksi. “Saat ini, kita perlu bisa menyetarakan kemampuan kita dengan para insinyur di luar negeri, utamanya yang ada di ASEAN,” katanya.
 
Baca juga: Civitas Akademika UMM Kompak Tepis Kekhawatiran Covid 19
 
Penyetaraan ini dapat dilakukan melalui program MRA atau Mutual Recognition Arrangement. Masing-masing kompetensi yang telah dimiliki oleh Insinyur pada akhirnya dapat digunakan untuk bersaing secara global di ASEAN.
 
Putut juga menyoroti terkait Indonesia sebagai pasar besar dunia konstruksi. Setidaknya ada 286 badan usaha jasa konstruksi asing yang aktif di Indonesia. Tak dapat dipungkiri memang, jika Indonesia menjadi salah satu primadona pasar konstruksi setelah China, Korea Selatan dan India.
 
Banyak penyedia jasa konstruksi yang memilih Indonesia karena bayaran tenaganya murah dan materialnya mudah didapat. “Insinyur asal Indonesia tentu saja harus bisa bersaing dengan mereka yang berasal dari luar,” tegasnya.
 
Penyetaraan ini dapat dilakukan melalui program MRA atau Mutual Recognition Arrangement. Masing-masing kompetensi yang telah dimiliki oleh Insinyur pada akhirnya dapat digunakan untuk bersaing secara global di ASEAN.
 
Baca juga: Pilwarek UMM Kedepankan Musyawarah Mufakat
 
Selain strategi daya saing, ada hal penting yang harus disiapkan pula yakni administratif seperti Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Misalnya, dalam FAIP, ada tiga hal yang menjadi syarat sertifikasi. Mempunyai dasar pengetahuan profesi, mempunyai pengalaman dan mempunyai kompetensi. 
 
Mahasiswa Prodi PPI periode 2019/2020 kali ini berjumlah 84 orang dan berasal dari berbagai kalangan. Peserta terdiri dari pengurus dan anggota Ikatan Konsultan Nasional Indonesia (Inkindo) serta Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jawa Timur. Selain itu juga ada peserta yang berasal dari internal UMM, yakni para dosen yang berjumlah 17 mahasiswa.
 
Ir. Annisa Kesy Garside, ST., MT., IPM., ASEAN Eng., Kaprodi PPI mengatakan, Mutual Recognition Arrrangements memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Di satu sisi, Mutual Recognition Arrangements dapat meningkatkan daya saing dari bidang-bidang layanan professional yang diaturnya. 
 
MRA juga, sambung Annisa, dapat meningkatkan skill dari layanan professional. “Karena adanya pertukaran di bidang jasa tersebut makan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di suatu negara secara cepat,” ungkapnya.
 
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor I UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. menaruh harapan besar pada PSPPI UMM agar dapat menjadi salah satu pintu kelahiran Insinyur-insinyur hebat Indonesia. “Hal yang juga penting bagi Indonesia bukan sekedar SDM, namun juga insfrastuktur,” katanya. (mir/can)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image