foto Ilustrasi |
Seringkali kita mendapati anak-anak di usia dini sudah menggunakan kacamata. Hal ini biasanya terjadi karena kelainan refraksi. Yaitu kondisi di mana bayangan yang terbentuk di retina mata, tidak tajam maupun tegas. Karenanya penglihatan menjadi kabur. Apa saja penyebabnya?
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dr. Aryani Vindhya Putri, Sp.M. menjelaskan, kondisi ini terjadi karena pemanjangan atau pemendekkan ukuran bola mata. Semakin panjang ukuran bola mata, maka minusnya akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika ukuran bola mata semakin pendek, maka plusnya yang akan semakin tinggi. Panjang pendeknya ukuran bola mata ini, utamanya dipengaruhi oleh faktor keturunan. Meski demikian, beberapa faktor lain juga turut menjadi penyebabnya.
“Pertama adalah penggunaan gadget yang berlebihan. Aktivitas ini dapat memperparah terjadinya mata minus,” kata Aryani.
Baca juga : Mahasiswa BIPA UMM Asal Vietnam Menangi Lomba Nyanyi se-Jatim
Dewasa ini, banyak anak-anak yang diberikan akses gadget oleh orang tuanya. Padahal menurut penelitian, anak usia 0-2 tahun tidak dibolehkan menggunakan gadget. Bagi yang usianya diatas 2 tahun, penggunaan gadget juga harus dibatasi yakni maksimal 2 jam per hari.
“Selain itu, agar mata tidak lelah, jangan lupa untuk menggunakan ‘rule of twenty’. Yaitu 20 menit melihat gadget, kemudian istirahat 20 detik dengan cara melihat benda sejauh 20 kaki, atau setara dengan 5-6 meter. Ini dilakukan agar mata kita tidak tegang dan lelah,” katanya.
Faktor lain yang menyebabkankan seorang anak harus mengenakan kacamata sejak dini adalah seringnya membaca ditempat minim pencahayaan. Dalam kondisi ini, mata harus “memaksakan diri”.
Baca juga : Dosen Fisioterapi UMM Beri Tips Atasi Saraf Terjepit
Oleh karena itu, Aryani berpesan untuk para orang tua agar memeprhatikan kesehatan mata anak. Jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan penglihatan, hendaknya segera memeriksakan diri ke dokter mata. Beberapa tandanya adalah sering memicingkan dan mengucek mata, membaca dengan jarak yang terlalu dekat hingga kesulitan fokus karena penglihatannya yang buruk.
“Kalau mata anak sudah terbiasa tidak melihat jelas, maka otaknya pun tidak terbiasa untuk melihat jelas. Kalau sudah begini, akan menyebabkan mata malas pada anak. Jika sampai telat sadar, memakai kacamata ukuran berapapun penglihatannya tidak akan bisa maksimal,” jelasnya.
Di akhir, Aryani berpesan, jika berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter mata memutuskan agar anak memakai kacamata, hendaknya orang tua tidak perlu takut atau berkecil hati. Penggunaan kacamata akan mencegah terjadinya mata malas. “Dengan menggunakan kacamata, anak jauh lebih fokus, penglihatannya juga lebih baik dan otaknya pun bisa tetap berkembang maksimal,” pungkasnya. (*dev/wil)