Dr. Mariman Darto, SE, M.Si. (Foto: Istimewa) |
Benang merah antara aktivitas mahasiswa saat berada di kampus dengan karir masa depan yang bersangkutan ternyata benar adanya. Kesibukan saat menjadi mahasiswa, secara tidak langsung mengasah bakat dan minat yang dimiliki sebagai penunjang pekerjaan di masa yang akan datang.
Pengalaman ini dibuktikan oleh Dr. Mariman Darto, SE, M.Si, alumni Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pria yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Lembaga Administrasi Negara (Puslatbang KDOD LAN) ini mengaku kegemarannya menulis saat mahasiswa menjadi jalan pengantar sukses karirnya.
“Ternyata ada hubungan antara mimpi seseorang dengan apa yang dilakukan saat di kampus,” ujarnya.
Baca juga: UMM Bikin Safety Chamber untuk Kurangi Resiko Tertular Covid-19
Berangkat dari keluarga yang sederhana, Mariman mulai menginjakkan kaki di Kampus Putih pada 1994. Tidak ingin mengecewakan perjuangan sang ibu yang menegakkan punggung demi membiayai studinya, Mariman bertekad menyelesaikan kuliah secepat mungkin. Meski demikian, kegiatan lain di luar akademik juga ia lakoni. Baginya, belajar bisa dimana saja.
Menjadi seorang aktivis, membuatnya terlibat banyak kegiatan. Belum lagi kegemarannya untuk membaca buku dan menulis berbagai karya.
“Sejak awal saya hobi membaca dan menulis. Saya awali dari Bestari. Ada Bapak Malik Fadjar, Pak Muhadjir yang mengajarkan saya menulis. Itu menjadi kegemaran, menjadi pembiasaan,” ujarnya yang mengaku pada kala itu, buku menjadi media utama untuk megetahui apa yang sedang berkembang di dunia.
Baca juga: Wakil Gubernur Provinsi di Thailand Apresiasi Kiprah Pendidikan UMM
Ada tiga tempat yang menjadi favoritnya di kampus, yaitu ruang kelas, perpustakaan dan masjid. Ia juga menghabiskan banyak waktu untuk beroganisasi, seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Lembaga Studi Islam dan Kemuhammadiyahan (LSIK).
“Buku, kuliah, perpustakaan dan menulis bagi saya adalah dunia yang tak terpisahkan. Waktu itu skripsi saya juga berbeda dengan teman-teman yang lain. Mereka ambil case di perusahaan, saya sendiri justru mendiskusikan tentang pemikiran Habibie, Habibie Knowledge. Jadi ada faktor yang harus kita lihat bahwa teknologi dan SDM yang akan menjadikan Indonesia leading di Asia dan Asia Pasific,” urainya.
Usai skripsi ia pun menjajal peruntungan. Setelah temui tokoh-tokoh penting saat itu, seperti Adi Sasono dengan hanya membawa skripsi. Tak disangka, Mariman yang lulus pada bulan Juni, per 1 Agustus di tahun yang sama sudah diminta bekerja di Center for Information and Development Studies (CIDES).
Baca juga: Desain APD RS UMM Akan Diproduksi Pemprov Jatim
“Sejak saat itulah kemudian saya menulis di Kompas, Republika dan semua koran di Jakarta,” jelasnya.
Mimpi terus berlanjut. Pada tahun 1999 ia melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Setelah 10 tahun lamanya di CIDES, ia berhasil menerbitkan 23 judul buku yang membuatnya fokus pada pengembangan intelektual. Kemudian pada tahun 2005 ia masuk ke Lembaga Adiministrasi Negara (LAN).
Pada 2011 ia diangkat sebagai Kepala Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur di Samarinda. Dan mulai 2014, melalui open bidding, Mariman diamanahi sebagai Kepala Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Lembaga Administrasi Negara (Puslatbang KDOD LAN).
“Jadi proses mambangun mimpi itu memang saling terkait. Kalau saya buat diagram, ada linearitas antara apa yang menjadi habit saya di kampus lalu bagaimana saya bekerja, hingga sekarang jadi peneliti,” pungkasnya. (sil/can)