Ketua Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta Jamaluddin Hasyim dalam kunjungannya bersama para peserta program Pendidikan Kader Mubaligh (PKM) ke UMM. (Foto: Wildan Humas) |
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) adalah salah satu perguruan tinggi yang bisa dijadikan teladan. Bagaimana kesederhanaan figur-figurnya dalam menjalankan institusi di tengah kemewahan dan kemegahan yang ada. Hal itu disampaikan Ketua Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta Jamaluddin Hasyim dalam kunjungannya bersama para peserta program Pendidikan Kader Mubaligh (PKM) ke UMM, Rabu (21/) lalu.
Baca juga: Direktur ADB Support Program COE UMM
Lebih lanjut, Hasyim menjelaskan bahwa salah satu tujuan kedatangan rombongannya adalah untuk membuka wawasan dan belajar. Apalagi UMM merupakan perguruan tinggi yang memiliki manajemen yang maju dan modern. Kunjungan tersebut juga menjadi salah satu rangkaian orientasi studi PKM.
Hasyim juga menjelaskan mengenai situasi pendidikan Islam di tatanan global. Menurutnya, kampus dan lembaga riset yang dikelola oleh Islam masih belum mampu bersaing dengan pihak lain. Bahkan, peraih nobel yang muslim juga tidak banyak.
Baca juga: Jiro Tominaga, Direktur ADB Indonesia Dorong Wisudawan UMM Jadi Manusia Unggul
“Tapi tidak dengan UMM yang merupakan bagian dari Muhammadiyah. Baik kualitas dan kuantitas membuktikan bahwa kampus ini mampu bersaing di tatanan global. Semoga silaturahmi ini bisa memberikan inspirasi baru dan wawasan baru demi kebaikan bersama,” ungkapnya.
Dalam penjelasannya, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menceritakan perjalanan Kampus Putih yang dulunya merupakan bagian dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. Kemudian menjadi UMM dan terus dikembangkan. Bagaimana proses dari kampus kecil menjadi kampus besar seperti sekarang. Bahkan mampu mendapatkan predikat sebagai Kampus Islam Terbaik Dunia dari Unirank tahun lalu.
“Dalam perjalanannya, sivitas akademika UMM selalu menanamkan pesan dari Pak Malik Fadjar bahwa kita boleh saja miskin harta, tapi tidak boleh miskin cita-cita. Pun dengan kesederhanaan yang menjadi senjata utama dalam berjuang hingga mendapatkan impian yang dicita-citakan,” ungkapnya.
Menurutnya, untuk menjadi besar diperlukan proses yang benar dan panjang. Sayangnya, sebagian besar orang masih berpikir instan untuk mencapai sesuatu. Padahal, proses itu merupakan pendidikan yang sebenarnya. Ia menegaskan bahwa ada banyak ibroh yang bisa diambil dari setiap proses.
Fauzan juga menegaskan bahwa umat muslim harus bisa membawa Islam ke wilayah menengah bahkan atas. Sudah lama Islam berada di wilayah yang termarjinalkan. Salah satunya yakni melalui pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Bagaimana kampus Islam bisa memiliki tekad kuat untuk menjadi institusi yang mandiri, hebat dan tangguh.
“UMM sendiri telah mengembangkan program yang disebut dengan Cente for Future of Work (CFW). Program ini diharapkan bisa melahirkan generasi unggul yang mampu memaksimalkan bonus demografi dan berperan di Indonesia emas 2045. Yakni menyediakan SDM yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bahkan bisa langsung tune in dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI),” pungkasnya. (wil)