Kisah Sukses Film Publicist di Kuliah Perdana Komunikasi UMM
Author : Humas | Selasa, 03 November 2020 14:36 WIB
|
Communication Talk: Expert Sharing Session secara online (Foto: Istimewa) |
Sukses sebuah film membutuhkan kerja kolaboratif yang kuat. Tak hanya dari kalangan film maker yang berlatar kompetensi sineas, tetapi juga tim promosi yang melibatkan kerja-kerja public relations (PR) dan pendekatan jurnalistik. Demikian salah satu poin Kuliah Perdana Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (2/11/2020).
Kuliah yang dikemas dalam bentuk Communication Talk: Expert Sharing Session secara online ini menghadirkan narasumber alumni yang sukses di bidang promosi film Novi Hanabi dan seorang jurnalis Azizah Hanum. Novi adalah alumni Komunikasi UMM yang kini menjadi film publicist sekaligus co-founder dan COO GoodWork, Indonesia. Sedangkan Hanum adalah news anchor CNN Indonesia yang juga drummer Arah Band dan Cast Story of Kale. Diskusi bertajuk “Film Nggak Cuma Camera, Rolling, Action” ini dipandu moderator Rahadi, MSi.
Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi UMM, Widiya Yutanti, mengatakan Kuliah Perdana ini terutama diperuntukkan bagi mahasiswa baru angkatan 2020. Tapi ketika tayang live di Youtube, ternyata jumlah viewernya di luar dugaan. “Sebenarnya untuk memotivasi dan memberi insight bagi mahasiswa baru. Alhamdulillah mereka sangat antusias. Tidak sampai sehari ditonton lebih dari 10 ribu viewers. Ini artinya peminat dunia Komunikasi sangat besar,” kata Widiya yakin.
Dalam paparannya, Novi menekankan peran penting publicist dan marketing film. Selama ini pembahasan post production dari film lebih sering pada persoalan teknis, colouring, grading, editing, dan hal teknis lainnya. “Padahal proses memasarkan film itu juga sama penting dan challengingnya,” katanya.
Dijelaskannya, berbeda dengan film publicist yang fokus pada media partnership, maka film marketing meliputi banyak hal, seperti media partnership, social media, distribution, activation, digital marketing, termasuk promotion contents. “Idealnya semua produk harus dipasarkan dengan cost 1:1 dengan biaya produksinya, termasuk film,” urai Novi yang tak hanya menangani film lepas tapi juga serial.
Di Indonesia, lanjut Novi, perhatian pada promosi masih rendah. Film Indonesia masih banyak yang berorientasi pada produksi yang bagus secara konten, tetapi belum pada promosinya. Menurutnya, jika film mau sukses, maka budget promonya juga harus besar.
“Proses produksi film membutuhkan budget besar, dan film marketinglah kerjasama dengan producer yang dapat menjadikan film laku, dan dapat mengembalikan cost production serta untung besar,” tutur Novi yang mengaku selalu tertantang ketika harus memasarkan film yang kurang bagus.
Novi mengisahkan contoh suksesnya mempromosikan beberapa film. Antara lain NKCTHI (Visinema) yang tembus 2 juta lebih penonton. Film Dear Nathan Hello Salma (Rapi Film) sukses meraih 800 ribu penonton dalam waktu singkat. Lebih fenomenal lagi, Film Button Ijo juga dapat 800 ribu penonton hanya dalam waktu 22 menit.
Sementara itu, Hanum membagi pengalaman keterlibatannya dalam beberapa film. Sebagai pemain band, dia sering terlibat baik tampil maupun mengisi sound tracknya. “Kalau soal acting, tidak sampai menuntut skill yang tinggi karena kebanyakan saya memerankan diri saya sendiri,” ungkapnya.
Sebagai news anchor, Hanum melihat peran jurnalis dalam dunia film sangat besar. “Jurnalis bisa membangun society awareness pada film yang akan atau sedang tayang,” kata Hanum yang sejak kecil sudah terobsesi menjadi anchor karena terinspirasi sosok anchor seniornya, Desi Anwar.
Hanum tak pernah melupakan pengalaman wawancara yang membuatnya deg-degan karena berhadapan dengan tokoh idolanya. Dia menyebut mewawancarai David Foster dan Menteri Luar Negri Retno Marsudi adalah pengalaman tak terlupakan.
Kepada mahasiswa baru, kedua narasumber berpesan agar terus mengasah kemampuan dan menambah pengalaman. Selain itu, sejak awal harus membangun jaringan. “Bangun networking sejak sekarang karena itu sangat penting,” pungkas Hanum.
Di era pandemi COVID-19 ini, Prodi Komunikasi UMM terus menyapa mahasiswa, alumni dan masyarakat umum. Melalui serial Communication Talk, prodi ini menghadirkan narasumber baik dari kalangan pakar, alumni, mahasiswa, hingga masyarakat awam yang memiliki pengalaman unik di bidang Komunikasi.
“Kami memanfaatkan media sosial untuk terus membangun motivasi dan inspirasi agar tetap produktif. Pandemi tidak boleh menghalangi kita untuk terus menyapa dan membangun sinergi,” pungkas Ketua Prodi Komunikasi UMM, M Himawan Sutanto. (*/can)
Shared:
Komentar