Kolaborasi dengan Mahasiswa dan Dosen Asal Tiga Negara, UMM Kupas Komunikasi Antar Budaya
Author : Humas | Rabu, 07 Maret 2018 14:17 WIB
BERKEMBANG di tengah masyarakat global menuntut banyak pihak untuk terus belajar dalam membangun komunikasi, termasuk perguruan tinggi. Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam upayanya membangun konsep pendidikan kelas internasional juga tidak meninggalkan pembelajaran ini, termasuk dalam komunikasi antarbudaya.
Berangkat dari hal tersebut, hadir empat pembicara pada gelaran Intercultural Communication and Practices in Indonesia, Poland, India, and Ukraine memberikan paparan tentang pentingnya komunikasi antar budaya untuk dapat membangun kegiatan ekonomi, politik, dan sosial di tengah kemajuan teknologi dunia. Kegiatan yang berlangsung di Aula BAU, Rabu (7/3) ini merupakan rangkaian acara Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM.
Daria Goriacheva, mahasiswa asing asal
The National University of "Kyiv-Mohyla Academy" Ukraina, menjelaskan bahwa saat ini komunikasi antar budaya sudah dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah keberadaan sosial media. Ia memaparkan tentang fenomena post-truth yang menunjukkan dimana keadaan dan fakta secara objektif tidak lagi terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding dengan emosi dan keyakinan pribadi.
"Post-truth seperti yang telah kita ketahui merupakan fenomena yang sering menciptakan kesalahpahaman dalam berkomunikasi ditengah masyarakat,"urainya.
Lebih dari itu, Daria juga menjelaskan tentang bagaimana penggunaan metafora dalam sebuah informasi yang disampaikan, dapat mempengaruhi kualitas komunikasi tersebut.
"Dalam hal ini kita harus berhati-hati dalam memanfaatkan 'metaphore' dalam berkomunikasi,"tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, hadir pula Maria Anna Ochwat dosen program internship asing asal WSB University in Poznan Polandia. Maria berhasil menarik perhatian dengan mengajak hadirin untuk datang ke Polandia.
"Pada presentasi ini saya lebih akan mengajak anda untuk datang ke Polandia,"katanya.
Maria menjelaskan bahwa ajakannya tersebut menandakan bahwa orang Polandia adalah orang yang bangga dengan negara mereka. Perilaku ini disebutnya sebagai stereotype, yakni penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotype penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
"Mengetahui dan memahami stereotype tiap negara bisa membantu kita untuk menghindari hal-hal konyol dan menganggu dalam berkomunikasi," jelas Daria.
Selain Daria dan Maria, pada dua sesi selanjutnya tampil Priya Rani Bhagat mahasisa asing asal Manipal University and University of Evora India dan Widya Yutanti dosen ilmu komunikasi UMM yang menjelaskan tentang bagaimana kebudayaan dan stereotype yang dimiliki oleh India dan Indonesia. (nis/sil)
Shared:
Komentar