Dua Mahasiswa Thailand yang Datang dan Belajar di UMM. (Foto: Istimewa) |
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terus melakukan aktivitas internasionalnya. Kali ini datang dari jurusan Fisioterapi yang bekersama dengan Universitas Mahidol (MU) Thailand. Salah satu kolaborasinya adalah student exchange, bukan hanya mahasiswa UMM yang ke Thailand, tapi juga sebaliknya. Terhitung ada dua mahasiswa Thailand yang datang dan belajar di UMM, dan beberapa dari Kampus Putih yang berangkat ke Negeri Gajah Putih.
Menariknya, program ini tidak hanya meningkatkan skill dan wawasanterkait fisioterapi bagi mahasiswa. Tapi juga membekali mahasiswa untuk menciptakan komunitas-komunitas fisioterapi yang mampu mengedukasi masyarakat umum. Termasuk pengetahuan dasar seputar fisioterapi. Hal itu ditegaskan Siti Ainun Ma’rufa, S.Ft., M.Sc. selaku penanggungjawab dari program internasional tersebut.
Baca juga : Hari Buku Nasional, RBC Beberkan Sejarah Hari Buku
“Jadi manfaatnya tidak hanya didapat oleh mahasiswa yang berangkat ke Thailand atau mereka yang ke Indonesia. Tetapi juga berbagi ilmu ke para pekerja yang bekerja dengan posisi stagnan serta jarang bergerak. Misalnya saja seperti pembatik atau pengrajin. Jadi mereka bisa tahu bagaimana cara meregangkan otot, posisi yang baik, dan lainnya,” tambahnya.
Ainun, sapaan akrabnya, menilai, masih banyak masyarakat yang mendapatkan ilmu dassar fisioterapi untuk kesehatan badan. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga Thailand. Seperti misalnya banyak yang merasakan nyeri di sendi, otot, dan lainnya. Maka, para praktisi dan mahasiswa bisa masuk ke ranah tersebut.
Baca juga: Pakar Sepak Bola UMM Beberkan Faktor Kesuksesan Timnas Juara SEA Games 2023
Terkait kegiatan selama pertukaran pelajar, ia menjelaskan ada beberapa aktivitas yang harus diikuti mahasiswa. Mulai dari perkuliahan di kelas hingga observasi dan praktek lapangan di klinik-klinik kedua negara.
“Mereka juga diarahkan untuk memberikan penyuluhan ke berbagai lapisan masyarakat sebagia latihan terjun ke masyarakat. Memang akan ada kesulitan terkait bahasa, tapi tentu banyak solusi yang dapat dilakukan,” tambahnya.
Terakhir, dia berpesan kepada para akademisi serta praktisi fisioterapi untuk gencar melakukan edukasi kepada masyarakat. Mengingat bahwa edukasi terkait dengan ilmu-ilmu fisioterapi masih sangat jarang ada di masyarakat umum. “Dengan begitu, mereka bisa tahu posisi yang baik untuk bekerja, pentingnya stretching, dan lain sebagainya,” pungkas Ainun. (faq/wil)