Isra Ramli saat menjadi pembicara dalam kuliah tamu "Pemanfaatan Media dalam Kampanye Politik", Senin (25/4). Foto: Muhammad Zulfikar Akbar |
DALAM rangka memperingati hari jadinya yang ke-30, Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan kuliah tamu bertema "Pemanfaatan Media dalam Kampanye Politik" di Auditorium UMM, Senin (25/4). Hadir sebagai pembicara campaign strategist sekaligus direktur utama Sanghika Dayacipta Komunika, Isra Ramli, dan pengamat komunikasi politik, Zen Amirudin.
Isra mengatakan, tren kampanye politik di Indonesia terbagi menjadi tiga. Pertama, tren di mana kampanye politik masih mengandalkan komunikasi sosial. Untuk memperoleh dukungan, para calon masih mengedepankan relasi personal, kekeluargaan, organisasional dan kelembagaan. "Di fase ini, peran media dan konsultan politik belum menentukan," ujar lulusan Komunikasi UMM angkatan 93 ini.
Kedua, lanjut Isra, adanya transisi tren kampanye yang lebih modern di mana infrastruktur komunikasi sudah mulai berkembang. Kebutuhan media juga mulai dipertimbangkan untuk digunakan. "Ini dicirikan dengan sudah adanya polling popularitas dan mulai digunakannya konfrensi pers sebagai media publikasi," terang mantan wartawan Tempo ini.
Terakhir, menurut Isra, pada tahapan kampanye politik maju dan modern, seperti yang terjadi saat ini, di mana kampanye sudah menjadi kebutuhan permanen. Penggunaan segala jenis media untuk berinteraksi dan adanya konsultan politik sudah sangat dimanfaatkan. "Pada tren ini, kampanye tidak hanya dilakukan pada saat masa pemilihan, tapi juga untuk mendapatkan, menjalankan dan mempertahankan kekuasaan politiknya," ungkap pria yang juga pernah menjadi peneliti di Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini.
Sementara itu, Zen Amirudin mengatakan, media massa di Indonesia saat ini tidak menjalankan perannya dalam mencerminkan realitas, tapi justru menafsirkankan realitas. Menurutnya, pemilik media massa yang sudah berafiliasi dengan dunia politik hasil produknya akan menunjukan keberpihakan politik.
Baik media konvensional maupun media sosial, saat ini masih sangat efektif dalam meningkatkan popularitas. "Jadi hanya partai yang mampu mengakses media secara sistematis akan tampil lebih kompetitif dibanding partai yang tak mampu mengakses media," papar pria yang juga menjabat sebagai Pembantu Dekan (PD) III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM.