Kuliah Pakar Peternakan UMM: Potensi Industri Pakan Ternak di Indonesia

Author : Humas | Rabu, 26 Juni 2024 10:29 WIB
kuliah tamu dan pameran hasil praktikum pengolahan produk pakan bagi ruminansia dari para mahasiswa (Foto : Rizki Humas).

Dibandingkan dengan pakan tradisional, pakan olahan ternak akan diperkirakan meningkat pertumbuhannya. Apalagi dengan seiring meningkatnya kebutuhan akan ternak di masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Ir. Yahya M. Sofwan, S.Pt., MP., IPM. selaku Consultant Animal Protein Indonesia U.S Soybean Export Council (USSEC)  pada kuliah pakar pakan dan teknologi pakan yang diadakan oleh Program Studi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Acara menarik itu dilaksanakan pada 22 Juni 2024 lalu.

Tak hanya seminar, pada acara tersebut juga turut mengadakan pameran hasil praktikum pengolahan produk pakan bagi ruminansia dari para mahasiswa. Setidaknya, ada lebih dari 12 produk olahan seperti vitamin bagi hewan ternak, supmelen, ataupun jamu herbal bagi ternak.

Baca juga : RPL FKIP UMM, Bisa Ubah Kursus dan Pelatihan Jadi Kredit Akademik

Yahya, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa pertumbuhan olahan pakan ternak menjadi prospek yang bagus untuk sebuah industri di masa depan. Untuk menciptakan dunia usaha ternak diperlukan teknologi pengolahan pakan yang baik. Hal ini juga dapat menjadi peluang terciptanya ladang industri bertaraf ekspor. “Tingkat pertumbuhan pabrik ternak di Jawa Timur saja meningkat dari 15.445 pada tahun 2019 menjadi 20.451 pada tahun 2022,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan terkait pakan yang bisa diekspor. Misalnya saja pakan unggas, untuk mencapai taraf ekspor, setidaknya pakan perlu memiliki beberapa kandungan seperti vitamin sebesar 1-5 kg/t, kalsium 1-80 kg/t, kandungan protein 10-30%, dan bulir-bulir 30-60%. Selain itu juga harus ada bahan mentah yang digunakan pada pakan, seperti jagung, CPO, PKM, beras, gandum, dan biji copra. 

Baca juga : UMM dan Kampus Ternama London Siap Bangun Kampus Bersama di KEK Singhasari

Sayangnya, sebagian bahan mentah tersebut masih banyak yang impor dari luar negeri. Di Indonesia sendiri, bahan  mentah yang digunakan pada pakan masih didominasi oleh produk bahan lokal 65% dan impor sebesar 35%. Kendalanya adalah bahan mentah impor yang memiliki harga lebih bersaing sehingga banyak produsen beralih menggunakan bahan mentah impor daripada bahan lokal. Pun, produksi bahan mentah di Indonesia masih terbilang jauh untuk mencukupi kebutuhan produksi pakan dan konsumsi masyarakat.

Maka dari itu, proses produksi pakan ternak perlu memperhatikan kualitas dan harga untuk menunjang ekspor. Kualitas produk pakan ternak dapat menciptakan ketertarikan konsumen pada produk yang diciptakan. Produk berkualitas dapat dilihat dari karakteristik fisik pakan ternak, seperti kandungan kimia seperti asam amino, mineral, juga kandungan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Sementara itu, Ainur Rizaldi, S.Pt selaku marketing pakan ternak Nutrifeed Puspeta Group berpendapat bahwa dalam menciptakan industri pakan ternak, perlu mengetahui kebutuhan pasar. Para peternak biasanya akan memilih produk pakan yang memiliki harga lebih murah dengan kualitas yang sebanding atau lebih. “Bagi peternak yang terpenting adalah harga. Jika harganya sebanding dengan kualitas atau bahkan lebih, biasanya akan lebih dipilih,” ucapnya.

Menurut alumnus program studi peternakan itu, kunci keberhasilan usaha peternakan adalah pada manajemen pakan, genetik, dan manajemen pemeliharaan. Jika suatu ternak memiliki genetik yang bagus namun tidak diimbangi dengan pakan yang berkualitas, maka hasil ternak juga akan menurun.

Terakhir, Apriliana Devi Anggraini, S.Pt., M.Sc. selaku kepala laboratorium peternakan berharap acara ini bisa menjadi ladang skill bagi mahasiswa untuk terus melakukan inovasi pada pakan ternak di Indonesia. Melalui program praktikum pengolahan produk pakan ini, mereka juga didorong mengembangkan produknya hingga ke pasar global. (tri/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image