FT UMM gelar kuliah tamu bersama Irsal Shaleh Matondang, S.E., MM selaku Direktur Keuangan dan Pemasaran PT Wika Industri Manufaktur (WIMA). (Foto: Haqi Humas) |
Sudah saatnya Indonesia menjadi pioner sepeda motor listrik. Hal tersebut diucapkan oleh Irsal Shaleh Matondang, S.E., MM selaku Direktur Keuangan dan Pemasaran Perseroan Terbatas (PT) Wika Industri Manufaktur (WIMA) dalam Kuliah Tamu Fakultas Teknik (FT) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Acara tersebut mengangkat tema Pengembangan Produk dan Ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Adapun kegiatan ini diselenggarakan pada hari kamis (28/07) bertempat di Theater Dome UMM.
Irsal sapaan akrabnya menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi yang bagus sebagai prospek produsen sepeda motor listrik di dunia. Hal ini dapat dilihat dari masuknya Indonesia di peringkat tiga dunia sebagai pengguna kendaraan motor terbanyak. Setidaknya 70-80% rumah tangga di Indonesia mempunyai kepemilikan sepeda motor. Terlebih kedepannya akan dimulai perpindahan bahan bakar dari bensin ke listrik menggunakan teknologi baru dan terbarukan.
“Terdapat 229 pengguna mobil listrik dan 1.947 pengguna sepeda motor listrik pada tahun 2020. Hal ini akan semakin bertambah tergantung dengan bagaimana kita bisa memanfaatkan peluang yang ada,” ucap pria kelahiran Sidoarjo tersebut.
Lebih lanjut, Irsal kembali menjelaskan bahwa PT. WIMA saat ini mengembangkan sepeda motor listrik yang bernama gesits. Motor listrik asli Indonesia ini dirancang dengan teknologi ramah lingkungan sebagai upaya pengurangan emisi karbon. Selain itu, pengembangan gesits ini merupakan upaya untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi penggunaan energi fosil atau minyak bumi.
“Gesits memiliki beberapa spesifikasi yaitu, tahan banjir dan mampu menempuh perjalanan jauh. Jika tiga baterainya penuh, gesits dapat menempuh perjalanan sejauh 100 kilometer. Distribusi gesits sudah tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Sedangkan di kancah Internasional, gesits sudah tersebar di sepuluh negara yaitu Senega, India, Filipina dan negara lainya. Target kita pada tahun 2025 adalah produksi sebanyak 2,1 juta unit. Kami juga bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menambah pom listrik di setiap daerahnya,” ungkap Irsal.
Di sisi lain, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd, dalam sambutannya menerangkan bahwa UMM memiliki program baru bernama Centre of Excellent (CoE). Di bidang teknologi terbarukan CoE ini memiliki kelas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Program ini akan membantu mahasiswa menemukan potensinya, tanpa perlu kebingungan menemukan arah hidup.
“CoE ini terdiri dari berbagai macam kelas yang bisa di ikuti oleh mahasiswa maupun masyarakat umum. Program ini akan menjadi jalan alternatif ketika mahasiswa tidak menemukan passion dalam perkuliahan. Diharapkan ketika lulus, mahasiswa bisa bekerja dan berkembang sesuai dengan hobinya” pungkasnya mengakhiri. (Haq/Syi)