Kuliah Tamu Kehutanan UMM (Foto : Devi Humas) |
Degradasi lahan merupakan salag satu tantangan terbesar yang harus dihadapi manusia. Hal itu ditegaskan Dr. Himlal Baral selaku Senior Scientist di CIFOR-ICRAF dalam kuliah tamu garapan prodi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 27 November lalu. Agenda yang bertajuk ‘Restorasi sebagai Solusi Iklim Alami’ itu turut dihadiri Ir. Kunto Hirsilo, M.E. selaku kepala BPDAS RH Brantas Sampean.
Lebih lanjut, Himlal menjelaskan bahwa banyak sekali lahan yang telah terdegradasi dan lahan yang dimiliki semakin terbatas secara global. Di Indonesia, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga memiliki jumlah lahan yang terbatas. Bahkan kini pemerintah Indonesia memiliki target yang sangat jelas untuk merestorasi 14.000.000 hektar pada tahun 2030.
Baca Juga : Pekerjaan Online Menggerus Karyawan Offline? Ini Kata Dosen UMM
“Jadi yang kami coba lakukan adalah bekerjasama dengan banyak pemerintah, petani, universitas, kelompok masyarakat, dan pengelola lahan petani. Restorasi tidaklah murah, dibutuhkan biaya, waktu, dan tenaga untuk memulihkan lahan,” ucapnya.
Untuk merestorasi satu hektar lahan, dibutuhkan biaya sebesar $100 hingga $1000. Restorasi relatif bukan merupakan prioritas utama pemerintah. Tidak seperti pendidikan atau pembangunan infrastruktur kesehatan yang memiliki perhatian lebih. Maka dari itu, agar pengelolaan lahan menjadi lebih baik, ia menyarankan untuk mengurangi penggunaan pestisida, lebih sedikit pupuk atau memanfaatkan pupuk organik.
Baca Juga : Harga Kedelai Impor Melonjak, Dosen UMM Beri Strategi untuk Produsen Tahu Tempe
Selain itu, harus ada cara pemulihan lahan dan menjadikannya menguntungkan. Dalam hal ini, Himlal menyebut Climate Smart Agroforestry adalah solusi yang paling menguntungkan untuk memulihkan lahan. Ini disebut sebagai jasa ekosistem dan bukan hal yang baru bagi masyarakat Jawa Timur. Contohnya seperti jasa penyediaan, jasa pengaturan, jasa kebudayaan, dan jasa penunjang mulai dari produksi pangan hingga mineral.
“Di Jawa Timur sangat padat penduduknya sehingga anda tidak memiliki banyak lingkungan alam di sini. Jadi Agroforestri bisa menjadi alat yang sangat besar dan berpotensi untuk menyediakan berbagai barang dan jasa bagi Anda,” katanya.
Di sisi lain, Kunto Hirsilo juga menyebutkan beberapa strategi dalam menanggulangi kelemahan ini. Di antaranya, keterlibatan sumber daya manusia (SDM) instansi maupun lembaga setempat, memanfaatkan dana APBD dan dana internasional dan bekerja sama dengan masyarakat, korporasi maupun instansi lain. Begitupun dengan peningkatan kapasitas SDM dalam forum dan lembaga yang berkaitan dengan perkembangan teknologi. (Dev/Wil)