Rektor Kyungdong University, John Lee (kedua dari kanan), bersama Rektor UMM, Fauzan. (Foto: Rino Anugrawan) |
REKTOR Kyungdong University (KDU) Korea Selatan, Prof John Lee, kembali mengunjungi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (13/4). Jika sebelumnya Lee datang ke UMM (17/3) untuk partnership meeting terkait kerjasama pengembangan bahasa, kali ini ia bersama tiga rekannya bertemu langsung mahasiswa UMM untuk menjelaskan tentang pelaksanaan program tersebut.
Lee mengatakan, saat ini bukan zamannya menjadi pemain tunggal dalam menghadapi kompetisi global. “Sekalipun jarak antar negera tetap berjauhan, namun penyebaran informasi sangat cepat. Ini harus dimanfaatkan untuk saling bertukar ide dan gagasan,” kata Lee di Ruang Sidang Senat UMM.
Bagi Lee, Indonesia adalah negara yang memiliki potensi yang luar biasa. Saat ini, KDU tengah membangun kerjasama dengan 21 kampus di Indonesia, di mana 18 di antaranya adalah perguruan tinggi Muhammadiyah. Lee mengaku tertarik dengan cara Muhammadiyah mengembangkan pendidikan di Indonesia.
Melalui kemitraan akademik, Lee yakin pihak-pihak yang bekerjasama akan bisa lebih berperan di kancah internasional. Namun, agar kompetitif Lee memberi prasyarat agar mahasiswa memiliki skill dan spesialisasi yang bisa diandalkan. “Anda bisa pergi ke mana saja, bekerja di mana saja, asalkan Anda punya skill dan spesialisasi,” ungkap Lee.
Lee juga menyebut masa mahasiswa sebagai golden age, karena pada saat inilah seseorang memiliki motivasi yang tinggi untuk membekali diri. Lee juga menyinggung soal masa kuliah empat tahun yang menurutnya lebih dari cukup untuk menjadi seorang spesialis. “Untuk menjadi spesialis dengan gelar MBA (Master of Business Administration) hanya dibutuhkan waktu satu setengah tahun. Harusnya, mahasiswa yang kuliah empat tahun bisa lebih hebat dari seorang spesialis bergelar MBA,” paparnya.
Terkait kerjasama, Lee memberi kesempatan bagi seluruh mahasiswa UMM yang ingin belajar bahasa korea di KDU. Setelah belajar tiga bulan, mahasiswa berkesempatan melanjutkan studi dengan skema joint degree atau bekerja di berbagai sektor industri di Korea, tergantung pada kualifikasi yang dimiliki. “Kuliahnya gratis, mahasiswa hanya menanggung akomodasi dan tiket pulang-pergi,” jelas Lee.
Asisten Rektor UMM Bidang Kerjasama Luar Negeri, Soeparto, menyebut kerjasama ini sebagai kesempatan bagi mahasiswa UMM untuk meningkatkan kompetensi akademik sekaligus memperluas pergaulan internasional. Terlebih, KDU merupakan kampus dengan employment rate atau penyerapan tenaga kerja tertinggi di Korea Selatan.
Selain skema yang dijelaskan Lee, Soeparto menambahkan, UMM-KDU juga bersepakat mengembangkan program kredit transfer. Sistem serupa sebelumnya telah dijalankan UMM dengan Tongren University, Tiongkok. Saat ini, ada 13 mahasiswa UMM yang tengah belajar di Tongren dan 26 mahasiswa Tongren yang sedang belajar di sini. Melalui kredit trasfer, mahasiswa cukup membayar kuliah sesuai dengan biaya di kampusnya masing-masing. (han)