Mahasiswa UMM dan warga binaan pemasyarakatan sedang membaca buku Titik Nadir Penantian (Foto: Rino Humas) |
Rentetan agenda Berbagi untuk Negeri Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terus berlanjut. Setelah sukses memberikan hiburan dan pemeriksaan kesehatan di Panti Griya Asih, kini mereka melaunching buku berjudul Titik Nadir Penantian, kemarin (14/1). Buku itu merupakan hasil kerja sama dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) perempuan kelas IIA Malang. Selain itu adapula pelaksanaan sosialisasi Periksa Payudara Sendiri (SADARI) kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang disampaikan oleh pihak Rumah Sakit UMM.
Dr. Fauzan, M.Pd. selaku rektor UMM menyempatkan diri untuk menyapa secara virtual. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa pandemi memberikan banyak dampak negatif bagi masyarakat. Tidak hanya dari segi fisik, tapi juga dari aspek psikologis sehingga menurunkan semangat hidup. Maka, agenda ini hadir untuk kembali membangkitkan motivasi serta semangat yang sempat hilang. “Kita tidak boleh kehilangan spirit di dalam situasi apapun. Terutama kala menghadapi pandemi seperti sekarang,” tegas Fauzan.
Baca juga: Mahasiswa UMM Buat Aplikasi Pengaduan Masyarakat Purwantoro
Ia juga menjelaskan bahwa program ini menitikberatkan pada aspek kemanusiaan. Di samping itu juga mengangkat kembali harkat dan martabat manusia dalam segala kondisi. Fauzan juga mencanangkan kerja sama lain terkait softskill maupun hardskill agar bisa memberikan manfaat yang lebih luas, khsusnya bagi WBP. “Program buku ini tentu tidak berhenti sampai di sini saja. Nanti kami juga akan merencanakan agenda bedah buku. Di samping itu, adapula beragama agenda lain yang bertujuan untuk mengantarkan warga Lapas menjadi orang hebat,” ungkapnya lebih lanjut.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Kebudayaan UMM, Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si. menjelaskan bahwa buku ini adalah hasil dari pelatihan menulis yang sudah diadakan sebelumnya. Saat itu, mereka juga mengajak WBP untuk belajar membatik. “Antusiasme merekalah yang menjadi bahan bakar kami untuk membukukan karya-karya yang sudah ditulis,” kata Daroe.
Baca juga: Tingkatkan Kesadaran Pandemi, KAS UMM Bahas Tindakan Preventif
Adanya buku ini juga tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Mulai dari Fida Pangesti, S.Pd., M.A. selaku dosen UMM beserta enam mahasiswanya yang sudah menginisiasi hingga teman-teman Himpunan Sarjana Kesusastraan Malang UMM. Daroe juga berharap agar nantinya ia bisa kembali memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya di Lapas perempuan tersebut.
Sementara itu, Tri Anna Aryati selaku Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang mengapresiasi atas sumbangsih UMM dalam aspek kemanusiaan, utamanya dalam penyusunan buku ini. Ia juga berterimakasih karena UMM sudah menyediakan sarana rekreasi dan edukasi bagi warga binaan pemasyarakatan. “Kami harap nantinya akan ada program-program lain yang bisa memberikan dampak positi bagi teman-teman penghuni Lapas,” ujarnya.
Di akhir acara, dilaksanakan penandatanganan mock-up oleh kepala Lapas sebagai simbol bahwa buku Titik Nadir Penantian telah diluncurkan. Selain itu para penulis juga diminta untuk membubuhkan tanda tangan di atasnya. (syi/wil)