Mahasiswi asal Tiongkok, Wu Di (kiri) berduet bersama rekannya, Yang Duo (kanan) pada kegiatan wisuda UMM. |
TAMPIL menyanyikan lagu asal negaranya di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tengah melakukan prosesi wisuda, sempat membuat Wu Di, mahasiswi asal Tiongkok, merasa grogi. Maklum saja, sebelumnya ia tak pernah bernyanyi di acara formal dengan penonton sebanyak itu.
“Seremoni wisuda di UMM lebih formal daripada di kampus saya, Tongren University. Makanya, saat tampil saya merasa sangat grogi, tangan saya gemetaran saat memegang mic. Untungnya semuanya berjalan lancar, saya tidak melakukan kesalahan dan penampilan saya disukai,” kata Wu Di saat ditemui, Selasa (10/5) di Kantor Kerjasama Luar Negeri UMM.
Wu Di merupakan satu di antara 26 mahasiswa Tongren University yang tengah mengikuti kuliah selama satu semester di UMM melalui program credit transfer hasil kerjasama kedua universitas. Pada waktu bersamaan, sebanyak 13 mahasiswa UMM saat ini tengah mengikuti kuliah di Togren melalui skema kerjasama serupa.
Wu Di mengaku, sebenarnya dia adalah seorang pelukis. Agak jarang ia tampil bernyanyi di atas panggung. “Beberapa kali saya tampil saat masih sekolah dulu, tapi bukan di acara formal,” papar mahasiswi asal Leshan ini.
Bagi Wu Di, lagu bisa menjadi alat untuk mengenal masing-masing budaya. Saat wisuda di UMM, Wu Di bersama rekannya sesama mahasiswi Tongkok, Yang Duo, berduet menyanyikan lagu Tian Mimi dan Wo Zhi Zaihu Ni yang semula dipopulerkan oleh Deng Lijun. “Keduanya adalah lagu cinta klasik asal Tongkok. Sekalipun klasik, lagu cinta tak pernah out of date. Melodinya sukar untuk dilupakan,” jelasnya.
Sebelum datang ke Indonesia, Wu Di sempat khawatir karena sejumlah informasi beredar mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berbahaya. Ia juga mendengar tentang diskriminasi terhadap ras Cina yang sempat terjadi di Indonesia. “Namun saat kuliah di UMM, saat merasa mahasiswa di sini sangat baik hati. Mereka sangat ramah, begitu pula masyarakat sekitar. Saya merasa tenang, tak perlu khawatir lagi,” tutur Wu Di.
UMM dinilai Wu di memiliki suasana belajar yang sangat baik, di mana mahasiswanya saling mendukung satu sama lain. Wu Di bercerita, pernah suatu ketika ada teman sekelasnya dari Tiongkok yang tidak memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik, harus tampil di depan kelas untuk membacakan sebuah artikel.
“Sebelum ia maju, mahasiswa lainnya turut memberi semangat, dan setelah ia selesai ia mendapat tempuk tangan yang meriah, sekalipun bahasa Inggrisnya tidak begitu baik. Sejak saat itu, saya mendapatkan rasa kebersamaan yang membuat saya lebih nyaman untuk belajar bersama di kampus ini,” kisah Wu Di tentang salah satu pengalamannya di UMM.
Terlebih, bagi Wu Di, Malang adalah kota yang jauh lebih sejuk dibanding kota lainnya di Indonesia. “Ini membuat saya betah tinggal di sini,” kata mahasiswa yang di Tongren University mengambil jurusan Art Education ini. (luk/han)