UMM kembali selenggarakan Learning Express (LEX) program kolaborasi bersama Singapore Polytechnic (Foto : Zafira Humas) |
Learning Express (Lex) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali dilangsungkan. Program kolaborasi bersama Singapore Polytechnic tersebut kembali menghadirkan berbagai prototipe alat-alat untuk membantu masyarakat. Adapun kegiatan yang berlangsung selaam dua minggu tersebut ditutup dengan pameran prototipe pada 9 Oktober lalu.
Kali ini, program Lex UMM berfokus pada industri kayu dan tumbuhan yang ada di Junrejo, Batu. Mahasiswa UMM dan Singapura diajak untuk membuat inovasi menarik yakni alat-alat seperti pengolahan sirkulasi udara limbah udara serbuk kayu, alat pembuat pupuk dari campuran serbuk kayu, produk makanan, hingga sistem pengeringan kentang menggunakan green house. Bahkan adapula penghisap debu serbuk kayu dan meja untuk para pengrajin kayu.
Baca juga : Dari Raisa hingga Tiara, Alumnus UMM Ini Sukses Bikin MV Artis Ternama
Salah satu mahasiswa Singapura Bryan Sin menjelaskan salah satu alat yang sudah dibuatnya yakni greenhouse sebagai alat pengering kentang. Ide itu muncul karena keresahan pemilik UMKM produk kentang di lokasi. Yakni Kota Batu yang memiliki udara yang dingin dan lembab sehingga proses pengeringan bahan kentang tidak maksimal.
“Sebelumnya, pemilik sempat megeringkan kentang menggunakan oven, tetapi karena hasil tekstur kentang tidak sesuai, mereka akhirnya tidak lagi menggunakannya," tegasnya.
Adalun protoupe greenhouse ini dilengkapi dengan alat pengering seperti blower yang bisa digunakan saat musim penghujan. Namun bisa beralih menggunakan sinar matahari jika berada di musim kemarau. Bryan juga merasa senang mengikuti program tersebut. Apalagi prototipenya juga berpotensi membantu UMKM setempat dalam memecahkan permasalahan.
Adapun Lex menjadi program kolaborasi dan jembatan dalam menjalin kerjasama antara UMM dan Singapore Polytechnic. Program itu jug didesain untuk mendorong mahasiswa UMM dan SP dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ditemukan dibeberapa desa yang ada di Malang serta Batu.
Di sisi lain, Salah satu pengunjung Nabila Eka tertarik dengan berbagai alat yang dipamerkan. Selain bisa melihat ide-ide menarik, pameran tersebut juga bisa menjadi wadah untuk menggunakan bahasa Inggris karena harus berbicara dengan mahasiswa Singapura.
Baca juga : Bening, Mahasiswa UMM yang Jalani Kuliah di Italia
"Prototipe yang paling menarik menurut saya adalah alat pembuat pupuk dari campuran serbuk kayu. Karena siapa sangka limbah serbuk kayu ternyata bisa dibuat menjadi campuran pupuk. Tentunya limbah tersebut dapat lebih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,” ucapnya.
Adapun pengunjung acara pameran tersebut lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Hal itu tak lepas dari penungunjung yang terbuka untuk umum. Mulai dari siswa sekolah SD, SMP, SMA, warga, hingga mahasiswa. Apalagi dengan berbagai prototipe alat yang beragam dan menarik. (zaf/wil)