Para peserta praktek berlatih menyusun peraga karakter wayang yang dibagikan LK UMM. |
SETIAP dua bulan sekali, Lembaga Kebudayaan (LK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) rutin melakukan kajian interdisipliner membahas ragam topik dengan pendekatan budaya. Salah satu topik yang intens diangkat yaitu penguatan pendidikan karakter melalui pelatihan bagi para guru Sekolah Dasar (SD).
Ketua LK Dr Daroe Iswatiningsih MSi mengatakan, berbagai kegiatan yang dilakukan LK merupakan bagian dari komitmen menyebarkan kebudayaan di berbagai segi, terutama di bidang pendidikan. “Harus disadari, pendidikan merupakan arena masuk yang strategis dalam menanamkan nilai-nilai pada manusia Indonesia,” kata Daroe.
Salah satu kegiatan LK terkait hal tersebut yaitu Pelatihan untuk Guru SD se-Malang Raya untuk 100 guru SD (24/8) “Pelatihan untuk guru yang diadakan LK bukan hanya kali ini. Beberapa kali kajian multidisipliner LK juga selalu mengundang para guru. Hal ini sebagai media sharing dan pengayaan bagi para guru yang mulia,” kata Daroe.
Hadir sebagai pemateri pada kegiatan tersebut kepala Dinas Pendidikan Kota Malang DraZubaidahMMyang menyampaikan materi tetang “Kebijakan Pendidikan Penguatan Karakter”, seorang dalang dan penulis buku wayang dari ISI Yogjakarta Dr Junaidi MHum, membawakan materi “Penguatan Karakter melalui Media Wayang”, serta dosen Ilmu Komunikasi UMM Dra Frida Kusumastuti MSi tentang “Media Massa sebagai Media Pembelajaran”.
Pada kesempatan ini, Zubaidah memberi contoh tentang penanaman karakter siswa. Misal, perlu diperdengarkannya lagu-lagu nasional sebelum belajar. Selain itu, setiap waktu tertentu guru olahraga bisa masuk ke kelas-kelas untuk mengajak siswa senam ringan supaya tidak ngantuk. Pada sesi tanya jawab, Zubaidah menyimak dan mencatat aspirasi para peserta, khususnya guru dari Kota Malang.
Sementara Junaidi tampil menarik dengan bahasa khas pedalang dan membawa contoh karakter-karakter wayang. “Wayang bisa digunakan untuk menguatkan karakter. Mengenalkan gajah, misalnya bisa dibuat wayang gajah. Selain tentu saja kita mengenalkan tokoh-tokoh wayang sebagai warisan budaya Jawa,” papar Junaidi.
Pada sesi pelatihan, Junaidi menayangkan bagaimana cara mengenalkan keluarga, tentang keturunan. Dicontohkan dengan keluarga Pandawa dan Kurawa. Bahkan untuk mengenalkan wayang lebih luas, Junaidi juga mengembangkan lakon wayang berbahasa Indonesia. Pada kesempatan yang sama, Junaidi memamerkan enam buku karyanya yang berkaitan dengan wayang sebagai media pembelajaran dan pembentukan karakter, baik untuk anak-anak maupun remaja.
Sementara itu pemateri terakhir Frida Kusumastuti menyampaikan bahwa media massa tidak bisa lepas dari dunia anak-anak. Media massa juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran, baik itu dalam bentuk penugasan, pengisi waktu luang di sekolah, dan sebagai materi pengajaran di kelas.
Dijelaskan Frida, fungsi guru sebagai fasilitator sangat penting jika media massa digunakan, mengingat kini juga banyak konten media massa yang tidak sehat. Frida menyontohkan Upin Ipin merupakan contoh konten media yang bagus karena mengajarkan karakter berani mengemukakan pendapat, budaya konfirmasi, kebersamaan, saling menolong sesama, kasih sayang pada yang lemah dan muda, serta menghormati yang lebih tua. “Bahkan konten yang kurang sehat pun dengan penjelasan guru bisa diambil nilai-nilai positif,” kata Frida.
Acara pelatihan diakhiri dengan pelatihan praktis menggunakan wayang sebagai media pembelajaran, dan setiap peserta mendapatkan bahan peraga karakter wayang dari kertas dari LK UMM. (frid/han)