Dekan Fikes UMM saat memberikan materi mengenai pendidikan kesehatan dihadapan peserta kajian multidisipliner, Selasa (29/12) di Lab Manajemen UMM. |
TINGKAT kesehatan masyarakat yang rendah membuat Lembaga Kebudayaan (LK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar kajian multidisipliner bertema “Membangun Budaya Sehat Berbasis Masyarakat”, Selasa (29/12). Puluhan peserta berasal dari mahasiswa, dosen, karyawan, serta beberapa guru TK di Malang memadati kegiatan yang merupakan edisi ketujuh kajian interdisipliner ini.
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UMM, Yoyok Bekti Prasetyo M.Kep Sp.Kom mengatakan, tiga persoalan utama tentang masalah kesehatan yang dihadapi di Indonesia yakni tingginya kematian ibu dan anak, meningkatnya penderita HIV/AIDS, dan semakin sulitnya akses lingkungan bersih bagi masyarakat Indonesia. “Persoalan inilah yang mendorong pembangunan kesehatan di Indonesia harus berbasis budaya dengan melibatkan masyarakat,” ujarnya.
Yoyok melanjutkan, salah satu fenomena tentang masalah kesehatan yang lain juga ditemui pada masyarakat, seperti kasus penolakan Ibu-Ibu desa saat anaknya diimunisasi. “Penolakan tersebut dilakukan di karena mereka khawatir ada bahan dari babi yang berarti haram. Akhirnya setelah kami jelaskan panjang lebar proses pembuatan vaksin tersebut sehingga unsur haramnya hilang, baru anak mereka mau diimunisasi,” katanya.
Selain kasus tersebut, Yoyok masih mencontohkan kasus lain. “Ada juga kasus anak yang terkena HIV lalu dikucilkan di SD nya. Bahkan seorang kepala sekolah juga tidak memperbolehkan anaknya tersebut sekolah agar penyakit tersebut tidak menular. Padahal penularan penyakit ini tidak serta merta terjadi jika hanya berkomunikasi secara biasa. Ini membuktikan bahwa mereka tidak memahami tentang penyakit tersebut,” tutur Yoyok.
Sementara itu, Wakil Direktur Rumah Sakit UMM, dr Thantowi Djauhari NS MKes juga memaparkan bagaimana pendidikan reproduksi sudah diajarkan sejak dini. “Kurang tersedianya edukasi tentang seks bagi remaja ini membuat remaja semakin penasaran dan ingin mencari tahu sendiri. Baik itu melalui majalah, buku, dan film pornografi. Sehingga banyak remaja Indonesia yang sudah melakukan hubungan seks bebas,” ungkapnya.
Thathit Manon Andini MHum, Sekretaris LK UMM mengatakan bahwa kajian multidisipliner yang diadakan dua bulan sekali di Lab Manajemen UMM ini memberikan ruang sinergisitas tentang ilmu satu dengan ilmu yang lain. Ilmu tersebut akan dihubungkan dengan budaya atau kebiasaan masyarakat yang berkembang.
Ia juga menambahkan, bahwa ini merupakan salah satu kepedulian UMM terhadap masyarakat. Karena pada dasarnya, sebagai akademisi tentunya memiliki tanggungjawab sebagai kontrol sosial dalam masyarakat. “Dengan adanya ini, saya berharap bahwa LK sebagai kepanjangan tangan di umm bisa berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat dalam hal pendidikan dan pengetahuan,” ucapnya. (nov/zul/han)