PERJUANGAN perempuan zaman dahulu dan sekarang jelas berbeda. Dulu, yang diperjuangkan adalah agar perempuan bisa menuntut ilmu dan mengenyam pendidikan layaknya pria. Sementara sekarang, pendidikan tak lagi jadi soal. Tantangan saat ini adalah bagaimana perempuan tetap berjuang dan memperbarui kemampuannya di era kekinian, yang serba modern, kecanggihan teknologi, dan menyesuaikan diri dalam dinamika kehidupan yang pesat.
Demikian dikatakan kepala Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP3A) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dra. Thathit Manon Andini, M.Hum terkait peringatan Hari Kartini yang jatuh tiap 21 April. Sebagai refleksi, LP3A pada momen ini melakukan aksi bagi-bagi bunga mawardan stiker berbentuk persegi berisi kalimat motivasi agar perempuan terus bergerak dan berkemajuan.
“Tujuannya, baik perempuan maupun laki-laki agar terus mengingat perjuangan RA Kartini dulu untuk membuat perempuan bisa berkarya sebebas sekarang. Juga memberi motivasi untuk wanita-wanita agar berkarya di lebih banyak bidang,” ungkap Thathit.
Aksi bagi bunga dan stiker ini dilakukan di area kampus 2 dan 3 UMM. Sebanyak 200 tangkai bunga dan stiker dibagikan pada dosen, staf, dan mahasiswa di berbagai titik di kampus. Selain pembagian bunga mawar pada 21 April, menyambut Hari Kartini, LP3A juga mengadakan pelatihan “Training of Trainer (ToT)” pada Sabtu hingga Senin (15-17/4) lalu. Sebanyak 180 sahabat LP3A dari berbagai jurusan, baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan pembekalan mengenai HIV, AIDS, narkoba, kekerasan pada perempuan dan anak, serta pemberdayaan perempuan dan anak.
Thathit mengatakan, hal ini berguna sebagai pembekalan sejak dini untuk menjadi orang tua. “Karena orang tua adalah guru utama, sementara rumah adalah sekolah pertama. Oleh karena itu bekal yang dimiliki laki-laki dan perempuan sebagai calon orang tua harus cukup. Inilah emansipasi di zaman sekarang,” ujar Thathit. (ich/han)