Dosen Hukum Keluarga Islam (HKI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam Konferensi Fourth International Conference on Islamophobia in Muslim Majority Countries : Examining its Cultural and Geopolitical Dimensions. (Foto: Istimewa) |
Masih banyak kesalahpahaman mengenai konsep kesetaraan gender dalam masnyarakat muslim. Hal tersebut disampaikan oleh Luciana Anggraeni, M.H. Dosen Hukum Keluarga Islam (HKI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam Konferensi Fourth International Conference on Islamophobia in Muslim Majority Countries : Examining its Cultural and Geopolitical Dimensions.
Adapun konferensi yang diselenggarakan oleh Center of Islam and Global Affairs (CIGA) di Istanbul Sabahattin Zaim University (IZU), Istanbul, Turki itu dilaksanakan pada 11-13 Maret 2023. Ia bersama pembicara lainnya mengkaji tentang budaya dan geopolitik islamophobia di negara yang mayoritas muslim. Apalagi melihat fakta, Islamophobia tidak hanya terjadi di negara-negara muslim minoritas.
Dalam artikel yang ditulisnya dengan judul Gendered Islamophobia in Indonesia: Forms and Solution, ia menjelaskan bahwa Islam sendiri tidak ada konsep mengenai kesetaraan gender. Namun lebih menekankan pada keadilan gender. “Pria dan wanita memiliki posisi dan peran tersendiri, pembahasan itulah yang perlu lebih ditegaskan dalam kajian mengenai gender. Fokusnya adalah mengenai keadilan, bukan kesetaraan gender,” tegasnya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa banyak sekali kesalahpahaman ditengah masyarakat yang menganggap bahwa Islam adalah agama yang patriarki. Padahal patriarki itu lahir dari budaya masyarakat itu sendiri, bukan dari agama.
Baca juga: Berangkat ke Estonia, Dosen FH Kaji Partisipasi Politik Anak Muda
Menurutnya, perlu adanya upgrading pengetahuan bagi seorang muslim mengenai ilmu-ilmu serta nilai-nilai ajaran agama Islam. Terutama dalam pembahasan seputar gender. “Muslim seharusnya tidak hanya menganggap bahwa beribadah itu menjadi suatu yang bersifat ritual simbolik saja. Namun perlu adanya pemahaman mengenai nilai-nilai dari beribadah itu sendiri,” terangnya.
Baca juga: Rektor UMM Ajak Warga Lapas Perempuan Malang NgabubuREAD
Tak lupa, dia menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatian oleh pria dan wanita dalam menyikapi lawan jenis, termasuk dalam menjalin suatu hubungan yang serius. Mulai dari pemahaman mengenai fitrah, hingga peran yang harus dilakukan dalam kehidupan. Pria dan wanita memiliki fungsi yang saling melengkapi. Misalnya saja pria akan menjadi ayah, sementara wanita akan menjadi ibu. Itu semua konsepnya adalah sebagai pelengkap bukan setara.
Terakhir, Luci berpesan kepada generasi muda untuk lebih giat dalam mengembangkan diri. Masa muda adalah kesempatan emas yang harus dimanfaatkan untuk mengeksplorasi bakat yang ada “Dulu kartini berjuang mati-matian untuk mengangkat martabat para wanita. Sekarang juga sudah banyak peluang bagi para perempuan untuk bisa mengembangkan diri. Itu harus lebih dimanfaatkan dengan baik,” pungkasnya. (faq/wil)