SIAP MENELITI: Tiga mahasiswa ACICIS Australia, (ki-ka) Cameron Rhyss, Sally Swinnen dan Janelle Susan, akan menghabiskan waktunya di Jawa Timur untuk melakukan penelitian. |
SETELAH sebelumnya menyambut 18 mahasiswa asing program Darmasiswa RI, kali ini Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kedatangan tiga mahasiswa asal Australia melalui program East Java Field Study Program (EJFSP) Australian Consortium for 'In-Country' Indonesian Studies (ACICIS). Melalui program ini mereka akan melakukan riset tentang berbagai persoalan yang tengah berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.
Ketiga mahasiswa tersebut yaitu Cameron Rhyss Anthony Whittred yang akan meneliti tentang pemanasan global, terutama perubahan iklim serta dampaknya bagi Indonesia dan masyarakatnya, kemudian Sally Swinnen yang akan meneliti tentang maraknya candu tembakau di Indonesia. Sementara itu Janelle Susan Falconer meneliti tentang implikasi pembangunan berkelanjutan di Jawa Timur, terutama di bidang sosial, lingkungan dan pariwisata.
Ketiga mahasiswa tersebut telah memulai aktivitas akademiknya dengan Kuliah Perdana pada Rabu (2/9) tengah pekan ini. Selanjutnya, selama dua minggu ini, mereka akan mengikuti kelas pendalaman tentang budaya dan metode penelitian di UMM.
Koordinator Program ACICIS UMM Widya Yutanti MA menuturkan, program ini memiliki kontribusinya yang sangat signifikan bagi internasionalisasi fakultas yang menaunginya, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). “Melalui para peneliti ini, kita mendapatkan banyak program kerjasama dengan berbagai lembaga maupun kampus di Australia,” jelasnya.
Widya melanjutkan, ketiga mahasiswa ini merupakan peserta program ACICIS angkatan ke-41. Sejauh ini, sebanyak 239 mahasiswa Australia telah melakukan riset melalui program ini, yang merupakan hasil kerjasama UMM dengan konsorsium yang beranggotakan 20 universitas ternama di Australia.
Selama di UMM, mereka akan melakukan riset selama satu semester dan menulis laporan dalam seribu kata dalam bahasa Indonesia. Di pertengahan semester akan ada progress report untuk mengevaluasi riset yang telah mereka lakukan, selanjutnya di akhir semester mereka harus memperesentasikan hasil riset yang mereka tulis.
Salah satu peneliti yang juga mahasiswi Charles Darwin University (CDU) Australia, Sally Swinnen, mengaku sangat tertarik meneliti candu tembakau di Indonesia lantaran ia heran, mengapa orang Indonesia sangat suka merokok. “Aku tertarik meneliti tembakau karena orang Indonesia banyak merokok dan aku ingin tahu kenapa banyak perokok di Indonesia, dan kenapa banyak perokok bebas di sini,” ujarnya.
Sally mengaku memilih UMM sebagai kampus partner akademik pilihannya lantaran kampus ini memang memiliki kerjasama khusus dengan Australia melalui konsorsium ACISIS. “Aku juga tertarik ikut program ini karena aku ingin dapat beasiswa,” kata Sally.
ACICIS yang didirikan pada 1993 memang ditujukan untuk memberikan pilihan yang lebih luas bagi para mahasiswa Australia untuk menempuh program studi tentang Indonesia dengan cara mengkoordinasikan aksesnya ke dalam semester regular atau setara dengan kursus yang berlaku di universitas di Indonesia. (lil/han)