MAHASISWA Australia program Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies (ACICIS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Rabu (16/12) memaparkan laporan akhir (final report) selama melakukan penelitian di Indonesia. Mahasiswa yang dimaksud yaitu Sally Swinnen dan Janelle Susan Falconer.
Pada kesempatan pertama, Janelle mengungkapkan hasil risetnya di kawasan Pantai Sendang Biru, Jawa Timur. Ia mengeksplorasi praktik pariwisata dan menilai tingkat implementasi prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan secara ekologis. “Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai, apakah masyarakat pesisir Sendang Biru menerapkan inisiatif lokal menuju pembangunan pariwisata berkelanjutan, dan jika sudah dilakukan, sejauh mana pelaksanaannya,” ungkap Janelle.
Selama tiga bulan riset, ia menemukan berbagai upaya masyarakat lokal terhadap pariwisata berkelanjutan secara ekologis dalam komunitas Sendang Biru. “Terutama inisiatif yang sedang dilakukan oleh kelompok konservasi bakau lokal yang menjadi pemicu bagi pengembangan ekowisata lokal,” katanya.
Sementara itu, Sally meneliti tentang persepsi petani tembakau dan industri tembakau terhadap konvensi kerangka kerja pengendalian tembakau (FCTC). Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember ini meneliti para petani tembakau di kecamatan tersebut. “Konvensi ini merupakan perjanjian kesehatan internasional pertama terkait pengendalian tembakau yang bertujuan memerangi dampak epidemis tembakau terhadap kesehatan,” kata Sally yang akrab disapa Sulis.
Dari penelitiannya, banyak petani yang masih khawatir jika Indonesia meratifikasi konvensi ini. “Dari perspektif ekonomi, mereka (petani tembakau, red.) khawatir karena sejak tahun 70an tembakau menjadi komoditi utama mereka dalam mencari nafkah. Ibaratnya, daun tembakau ini adalah ‘daun emas’,” jelasnya.
ACICIS Resident Director, Elena Williams menyebut, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa ACICIS di UMM ini sangat menarik. “Sangat bangga bisa bekerjasama dengan UMM. Kemitraan ini memberikan keuntungan tak hanya bagi mahasiswa ACICIS dan kampus saja, namun bagi masyarakat atau komunitas yang diteliti,” katanya.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Dr Asep Nurjaman MSi juga berpesan, selesainya penelitian mereka di Indonesia bukan berarti hubungan antar kedua negara juga selesai. “Ini menjadi titik awal hubungan kekeluargaan antar dua negara,” tutup Asep. (zul/han)