Mahasiswa Ikom UMM Menangi Festival Film Dokumenter Nasional

Author : Humas | Jum'at, 25 Februari 2022 04:25 WIB
Farhan memamerkan film garapannya dan tim yang memenangi kompetsi film dokumenter. (Foto: Istimewa)

Prestasi demi prestasi silih berganti diraih oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kali ini, tiga mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi yang tergabung dalam tim produksi film dokumenter meraih predikat juara dua. Capaian itu diraih di ajang Festival Dokumenter yang digelar Universitas Budi Luhur, Jakarta, Minggu (20/2) lalu.

Muhammad Hudan Nur Ibad (sutradara), Farhan Rifqi Zain (Director of Photography) dan Ilham Aditiya (Editor) adalah tiga nama yang mencetak prestasi tersebut. Mereka membentuk kelompok yang diberi nama Alecta Pictures untuk menyelesaikan Tugas Akhir Karya sebagai syarat lulus Sarjana Komunikasi UMM. Di bawah bimbingan dosen Nasrullah, ketiga mahasiswa ini berhasil lulus setelah karyanya diuji bulan lalu.

Uniknya, karya mahasiswa tersebut merupakan film dokumenter tentang perjalanan hidup dan idealisme seniman kota Malang, Kadir Sugiarto, yang juga alumni Komunikasi UMM. Kadir memiliki nama panggung sebagai Ugik Arbanat. Dengan judul “Gesekan Arbanat Ugik untuk Anak Indonesia”, film ini menceritakan bagaimana Ugik menjawab keresahan masyarakat yang mulai meninggalkan lagu anak-anak.

Film itu mengisahkan bagaimana Ugik dengan idealismenya terus melatih anak-anak bermusik. Tanpa kenal Lelah, dia berkeliling dari sekolah ke sekolah, dari komunitas ke komunitas. Dia pun meciptakan lagu-lagu bernuansa kebangsaan yang sesuai dengan irama anak-anak. Lagu Indonesia, misalnya, menggambarkan bagaimana anak-anak Indonesia mencintai keindahan alam dan budaya Nusantara ini.

Farhan mengaku senang filmnya masuk kategori terbaik. Sejak masuk sepuluh besar, dia dan teman-temannya selalu mengabarkan kepada pembimbing jika filmnya ikut festival dan masuk nominasi. “Sebenarnya kami tidak menargetkan juara. Yang penting film kami dapat menginspirasi dan lebih mengenalkan seniman besar seperti Cak Ugik ini ke kancah nasional,” kata Farhan.

Proses produksi film dokumenter ini mengalami berbagai hambatan. Beberapa kali pengambilan gambar dan editing harus diulang karena pembimbing meminta menyesuaikan dengan story line yang telah dibuat. “Ruh film yang terletak pada idealisme Ugik harus ditonjolkan, itu yang membuat kami kesulitan menerjemahkan saran pembimbing kami,” aku Hudan.

Sebagai pembimbing, Nasrullah juga mengaku terus memotivasi anak didiknya untuk segera menyelesaikan karya yang disusun. “Saya kenal Ugik karena dia teman kuliah seangkatan. Dia itu iconic, khas, dan sangat idealis. Sayang kalau difilmkan sembarangan,” ungkap kepala prodi Komunikasi UMM ini.
Makanya, selain membimbing, Nasrullah juga merasa terlibat secara emosional untuk keberhasilan film ini. Berbagai upaya dilakukannya, termasuk melibatkan pembimbing dan penguji praktisi film Arfan Adhi Prasetyo. “Ini karya monumental, jadi harus bagus. Mahasiswa harus menghayati proses kreatifnya secara sungguh-sungguh agar kelak ketika mereka bekerja pengalaman ini akan terus melekat dan membanggakan,” tuturnya.

Tugas Akhir Karya memang menjadi salah satu alternatif pilihan mahasiswa Komunikasi UMM selain Skripsi. Pembuatan Film Dokumenter menjadi pilihan bagi mahasiswa yang terutama memilih peminatan Komunikasi Audio Visual. Meski demikian, peminat Jurnalistik maupun Public Relations juga bisa mengambil Tugas Akhir Karya ini.

Pada dasarnya mahasiswa bisa memilih cara lulus sesuai dengan passionnya. Selain Film Dokumenter, mahasiswa juga bisa membuat karya lain baik yang bersifat project kreatif maupun berbasis client. Seperti manajemen media online, special event, creative business plan, termasuk juga artikel ilmiah yang tembus jurnal terakreditasi. (*/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image