Mahasiswa UMM Ciptakan Antibakteri dari Daun Belimbing Wuluh
Author : Humas | Selasa, 05 Oktober 2021 10:34 WIB
|
Hanifa yang teliti Belimbing Wuluh untuk Antibakteri. (Foto: Istimewa) |
Univeritas Muhammadiyah Malang (UMM) senantiasa mendorong mahasiswanya untuk melakukan riset dan penelitian. Hal serupa juga dilaksanakan oleh salah satu tim Program Kreatifitas Mahasiswa-Riset (PKM-RE). Mereka berhasil meneliti dan menciptakan antibakterial yang cukup ampuh untuk daging ayam. Adapun PKM dengan judul “Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Sebagi Antibakteri Terhadap Salmonella Typhi Pada Daging Ayam” ini telah lolos tahap pendanaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dikti).
Hanifa Adani selaku ketua kelompok menjelaskan, ide tersebut muncul dari kegiatannya membaca jurnal-jurnal sebelumnya yang meneliti terkait antibaktei. Selain itu, menurutnya sebagian besar ayam yang ada di pasar dan rumah potong masih mengandung zat Salmonella. Padahal zat tersebut memiliki dampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi. Kedua hal tersebut akhirnya menggerakkan tim tersebut dalam melaksanakan PKM yang berbasis riset.
“Sebelumnya, kami telah membaca berbagai jurnal yang membahas terkait antibakteri. Kami menemukan fakta bahwa banyak beredar daging yang masih mengandung zat berbahaya jika dimakan oleh manusia. Salah satu zat berbahaya itu adalah salmonella,” ucapnya
Hanifa, sapaan akrabnya memaparkan selama proses riset penelitian, mereka menemukan adanya zat flavonoid pada daun belimbing wuluh. Adapun zat ini memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan pada kandungan makanan dan mencegah berkembangnya zat buruk salmonella pada daging ayam. Hal tersebut menjadikan daun belimbing wuluh sebagai sumber antibakteri.
“Daun belimbing wuluh yang mengandung flavonoid menjadikannya sebagai sumber antibakteri yang berfungsi menagkal zat salmonella pada daging ayam” imbuhnya.
Proses pembuatan antibakteri sendiri memakan waktu tiga hingga empat minggu. Dimana pembuatannya harus melalui proses ekstrasi. Pada proses ini daun belimbing wuluh dipotong-potong, dikeringkan, kemudian dihancurkan hingga halus. Setelah itu, ditambahkan pelarut dan diuapkan hingga mendapat ekstrak kental. Ekstrak kental itulah yang bisa digunakan menjadi antibakteri. “Kita cukup memasukkan daging ayam dan merendamnya bersama dengan antibakteri tersebut,” tuturnya.
Adapun penelitian ini telah dilangsungkan sejak sejak bulan Mei hingga Juli lalu. Meskipun penelitian sempat terkendala PPKM, kelompok mencari alternatif dengan melakukan pertemuan secara online. Adapun tim tersebut beranggotakan Hanifa Adina, Keiko Maryati Putri, Nadhifatul Reina, dan Nadya Sinta. Akhir dari projek PKM ini adalah submit jurnal dan mematenkannya di Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).
Mahasiswa kelahiran Tulungagung ini berharap hasil dari riset dan penelitian terkait antibakteri ini bisa memberikan wawasan baru bagi masyarakat. Selain itu, kedepannya bisa menjadi produk untuk menjaga kandungan daging ayam serta dapat dipasarkan secara komersil. “Kami tentu berharap penelitian ini mampu memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat terkait antibakteri. Semoga bisa segera diproduksi dan dipasarkan kepada masyarakat luas agar manfaatnya bisa segera dirasakan oleh orang lain,” pungkasnya. (haq/wil)
Shared:
Komentar