Mahasiswi Singapore Polythecnic mempresentasikan bank sampah hasil proyek LEx. Foto: Disty/Humas |
KOLABORASI 24 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan 24 mahasiswa Singapore Polytechnic (SP) sukses memberikan dampak positif bagi pengembangan Desa Temas, Kota Batu. Di sana, 48 mahasiswa tersebut berhasil menyelesaikan tiga proyek, yaitu pengelolaan bank sampah, industri mainan truk, serta industri rumahan panci dan oven.
Kesuksesan itu terungkap dalam pameran hasil karya dan penutupan proyek LEx yang digelar di Auditorium UMM, Kamis (6/10). Karya mereka dipamerkan setelah selama sepuluh hari, yaitu sejak Senin (26/9) para mahasiswa tersebut melakukan observasi lapangan dan dilanjutkan dengan pembuatan produk yang memudahkan kerja warga desa.
Dilihat dari hasil karya mereka, tampak jelas bahwa inovasi yang mereka lakukan telah menghadirkan perubahan positif bagi masyarakat. Pada proyek bank sampah di Desa Temas RW 6 misalnya, selama ini masyarakat merasa kesulitan dalam mencari ruang untuk mengatur sampah yang sudah dipilah. Sampahnya sangat banyak dengan tempat yang sangat minim.
Berdasarkan hasil observasi dan analisa, koordinator LEx untuk proyek bank sampah Arief Rachman Hakim menjelaskan, ditemukanlah solusi, yaitu membuat garbage crusher, yaitu alat penekan agar sampah yang sudah dikirim ke bank sampah dapat diatur sedemikian rupa hingga muat di satu tempat. “Garbage crusher ini dapat menekan atau membuat tipis atau gepeng semua sampah. Sampah yang sudah dikumpulkan 70 kepala keluarga tersebut ditekan hingga benar-benar tipis. Kaleng, botol minuman, tempat makanan dan sebagainya bisa dimasukkan di alat ini,” jelas mahasiswa Program Studi Psikologi UMM ini.
Selain garbage crusher, para mahasiswa ini juga membuat super troller yang berguna untuk menjemput sampah dari rumah warga, sehingga warga tak perlu lagi menghabiskan waktu dan tenaga untuk datang ke bank sampah. Kehadiran dua alat ini, yaitu garbage crusher dan super troller, terbukti sangat memudahkan pengelolaan sampah di desa tersebut.
Sementara itu pada proyek industri rumahan panci dan oven, masalah yang dihadapi yaitu pengusaha oven membutuhkan waktu yang sangat lama dalam memproduksi satu oven. Menurut Syol Indra Syafril, koordinator proyek industri rumahan panci dan oven, dalam satu bulan hanya bisa menghasilkan maksimal 100 oven saja. “Pengusaha oven ini sampai menolak pesanan karena permintaannya melonjak dan waktu pembuatan sangat lama,” jelas Syol.
Proses paling lama yaitu pelurusan kawat guna dipasang di dalam bagian oven. Syol menjelaskan, selama ini kawat diluruskan dengan cara manual dan menggunakan tangan biasa satu persatu. Agar maksimal waktu pembuatannya, peserta LEx membuat solusi yaitu membuat alat yang memudahkan dalam meluruskan kawat. Dengan alat tersebut, pengrajin oven hanya perlu memasukkan kawat yang bengkok dan kawat itu akan seketika keluar dalam keadaan lurus. “Alat ini dapat meringkas waktu pembuatan oven sehingga dalam satu bulan bisa memproduksi lebih dari 100 oven,” ujar Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM itu.
Perwakilan Politeknik Singapura, Virendra Yadav mengatakan, LEx memang sengaja didesain agar dalam waktu singkat mahasiswa dapat belajar dari dunia nyata sekaligus memberi manfaat kongkrit bagi masyarakat setempat. Dengan cara itu, mahasiswa Singapura selain dapat terkoneksi dengan masyarakat setempat, juga sekaligus membuktikan rasa pedulinya dengan menciptakan teknologi baru yang bisa langsung dimanfaatkan untuk kepentingan produksi yang lebih efisien. (jal/han)