Dua kampung warna-warni ini akan dibangun jembatan kaca sebagai penghubung. |
MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali ikut “membangun” Kota Malang. Setelah Kampung Warna-Warni Jodipan (KWJ) sukses menyedot perhatian khalayak dan meningkatkan perekonomian warga sekitar, UMM kembali bekerjasama dengan Pemerintah Kota Malang dan produsen cat tembok Decofresh membangun jembatan penghubung Kampung Jodipan dan Kampung Kesatrian.
Jika sebelumnya, mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM menjadi penggagas KWJ, kali ini giliran mahasiswa dari Jurusan Tehnik Sipil yang unjuk gigi dalam mendesain jembatan.
“Ada potensi kampung sebelah Jodipan, yaitu Kampung Kesatrian dikembangkan juga. Maka dibutuhkan sarana untuk menghubungkan keduanya,” ujar Kepala Humas UMM, Rina Wahyu Setyaningrum, Rabu (10/5).
Mengusung konsep jembatan kaca sebagai penerapan nilai estetikanya, jembatan sepanjang 25 meter tersebut akan membentang di atas Sungai Brantas. Menggunakan fondasi beton bertulang, peletakkan beton cor, serta kontruksi baja castella, jembatan tersebut sengaja dirancang bagi para pejalan kaki. Memiliki lebar 1,5 meter, baik warga maupun pengunjung kedua kampung tersebut dipastikan merasa nyaman melaluinya meski harus saling berpapasan.
“Jadi orang masih merasa longgar,” tambah Rina.
Mulai dibangun pada April 2017 lalu, pengerjaan jembatan yang didesain oleh Aji Pangestu dan Khairul Ahmad, tim perancang jembatan dari Mahasiswa Teknik Sipil UMM tersebut rencananya akan selesai dalam dua bulan masa pengerjaan.
“Peletakkan batu pertama sudah dilakukan. Rencananya dalam dua bulan pengerjaannya selesai,” tambah Rina.
Lebih lanjut Rina menyampaikan, ide pembangunan jembatan gantung Kampung Jodipan-Kampung kesatrian muncul saat Kampung Jodipan terus mengalami perkembangan yang pesat. Melihat hal tersebut, Rekktor UMM, Fauzan berinisiatif untuk mengembangkan juga Kampung Kesatrian di seberang sungai. Untuk itu, Fauzan menugaskan tim untuk mendesain jembatan tersebut.
“Awalnya ada tiga desain. Setelah presentasi ke Bapak Walikota Abah Anton, dipilih satu itu yang kemudian digunakan sampai sekarang,” tambah Rina.
Setelah final memilih desain jembatan, selanjutnya penanganan pembangunan jembatan Jodipan-Kesatrian diserahkan pengerjaannya pada pihak pemerintah Kota Malang. Berbagai komunikasi dibangun, termasuk dengan Balai Besar Sungai Provinsi, dan Jasa Tirta.
“Setelah berbagai proses itu izinnya keluar,” tutupnya. (sil/han)