Mahasiswa UMM Dituntut Sadar Energi

Author : Humas | Jum'at, 15 September 2017 13:38 WIB
Dekan Fakultas Teknik UMM Sudarman bersama Sekjen Dirjen Migas ESDM Susyanto.

DEKAN Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (FT UMM) Ir Sudarman MT menyatakan, produksi dan konsumsi energi di yang tidak berimbang di Indonesia membuat FT UMM menuntut mahasiswanya agar sadar energi dengan berkontribusi dalam mengembangkan energi baru terbarukan.

“Mahasiswa UMM kami tutut peduli pada cadangan migas kita. Sejak 2007, FT UMM selalu mendorong mahasiswa mengembangkan energi baru terbarukan,” tutur Sudarman pada kegiatan Migas Goes to Campus yang diadakan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Migas ESDM) di UMM, Jumat (15/9).

Sampai saat ini, UMM mengembangkan energi baru terbarukan pada air dan mikrohidro. “Sejauh ini sebatas air dan mikrohidro. Angin dan migas belum,” imbuhnya.

UMM juga mengembangkan photovoltaic untuk menyokong penerangan di area UMM. Pengembangan ini, dikatakan Sudarman dapat memasok kebutuhan listrik UMM hingga 20 persen di 30 unit. Jika dirupiahkan, setara dengan penghematan 20 hingga 50 juta per bulan. “Setara 200 kwh atau 200 rumah,” terang Sudarman.

Ke depan, UMM berencana akan mengembangkan energi lain, salah satunya yang terdekat ialah bahan bakar nabati dari minyak jarak yang merupakan tindak lanjut dari pengembangan yang sudah dimulai tahun 2007 silam. “Di bawah laboratorium mikrobiologi, kerja bareng FT,” papar Sudarman.

Kegiatan Migas Goes to Campus ini, Sekjen Migas ESDM Susyanto SH MHum, bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan pada civitas akademika terhadap program-program kementerian ESDM di sektor migas. Juga, sebagai media untuk mendapatkan ide-ide cemerlang dari mahasiswa maupun civitas akademika akan penemuan energi baru dan terbarukan.

Menurut Susyanto, di era 90-an, komoditi migas menyumbang kontribusi nomor dua setelah pajak. Sekarang, hasil ini menurun. Indonesia tak lagi bisa menggantungkan migas sebagai komoditi untuk pendapatan negara. Tahun 2021, diprediksi sektor migas masih mendominasi prosentase pendapatan negara. Sementara di tahun 2015, sektor migas hanya akan digunakan sebesar 22 persen dari penggunaan sebelumnya sebesar 24,29 persen.

Fakta ini berbanding terbalik dengan posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya minyak dan gas cukup besar. Saat ini, imbuh Susyanto, produksi migas sebesar 820 barrels of oil per day (BOPD). Hal ini tidak berbanding lurus dengan konsumsi migas sebesar 1,6 juta BOPD. Sementara, pertumbuhan konsumsi migas meningkat mencapai tiga persen per tahun. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan, sejauh ini Indonesia masih mengimpor hingga 780 BOPD.

“Jika tidak ada penemuan potensi migas baru, maka proyeksi produksi minyak hingga 2050 akan terus menurun. Oleh karenanya, kami di kementerian ESDM berpimpi tahun 2025 harus mandiri migas dan tidak impor lagi,” ujar Susyanto. (ich/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image