Tim pengabdian mahasiswa yang mengajarkan mengenai stek benih kentang di tengger, pasuruan. (Foto: istimewa) |
Salah satu peran universitas dalam masyarakat ia menjadi pihak problem solver. Hal serupa juga dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berkontribusi memberikan program langsung di masyarakat. Salah satunya melalui mahasiswa-mahasiswanya. Kali ini Adelya Putri Andarista, Deni Purnama Sudiya Makarya dan Herlina Dwi Rahayu melangsungkan pelatihan dan edukasi pembibitan stek kentang di Kecamatan Tosari, daerah Tengger, Pasuruan, pada Januari-Februari ini.
Program pengabdian ini juga merupakan hasil mitra bersama salah satu dosen, Dr. Ir. Syarif Husen, MP. Adelya selaku ketua tim menjelaskan bahwa masalah utama yang dihadapi petani tengger yakni bibit kentang yang mahal. Selain itu kondisi green house yang dimiliki masih tergolong sempit dan beberapa sekat masih terbuka. Hal tersebut membuat pembibitan kentang seringkali gagal.
“Masalah-masalah itulah yang menggerakkan kami untuk memberikan pelatihan sehingga kegagalan dalam pembibitan dapat dikurangi,” imbuhya.
Adel, sapaan akrabnya kembali menuturkan, pelatihan dan edukasi ini berkonsep praktek di lapangan sehingga petani dapat melakukannya secara langsung dan tidak kebingungan. Sebelumnya, para peserta juga diberi masukan dan materi terkait penyiapan green house yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Begitupun dengan cara sterilisasi media untuk pembibitan. Pemindahan media planet kentang juga menjadi hal yang krusial karenan nantinya planet bisa distek pada usia satu bulan.
“Dengan planet ini dan teknik stek ini, penanaman yang distek bisa dikembangkan menjadi empat bibit kentang,” tambah Adel.
Mahasiswa Agroteknologi ini menilai para peserta yang notabene petani merespon baik program ini. Terlihat dari upaya renovasi dan perluasan green house yang sedang dilakukan. Mereka juga senang karena mendapatkan pengetahuan baru sehingga produksi dan panen kentang sesuai dengan yang diharapkan.
Meski begitu, timnya sempat kesusahan tatkala cuaca hujan terus berlangsung. Hal itu berakibat pada planet menjadi layu sehingga sesekali harus menunda pelatihan. Arus air di green house juga dirasa kurang, sehingga harus menimba air terlebih dahulu sebelum memulai paparan dan praktek.
Mahasiswa asli Pasuruan ini berharap petani setempat dapat menjadi mandiri untuk memenuhi bibit kentang melalui teknik yang sudah diberikan. Hal itu dirasa bisa menekan angka pengeluaran dan menambah pemasukan dari para petani kentang. “Program ini juga kami harapkan bisa meningkatkan pendapatan ekonomi warga setempat serta bisa memproduksi bibit kentang yang lebih banyak sehingga tidak begitu membutuhkan bibir dari pihak luar,” ungkapnya mengakhiri. (haq/wil)