Mahasiswa UMM Gagas Aplikasi Tangani Keterlambatan Belajar Anak
Author : Humas | Jum'at, 25 September 2020 10:47 WIB
|
PKM-KC UMM berupa aplikasi berbasis Andorid yang bernama Viduatik (Foto: Rizki/Humas) |
SETIAP anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar yang berbeda diakibatkan karena cara belajar yang disukai setiap anak tidak sama. Keragaman gaya belajar anak memberikan konskuensi bahwa guru harus mampu mengakomodasi kebutuhan atau gaya belajar yang disukai anak. Kemampuan tersebut pada akhirnya membantu anak dalam memproses suatu informasi. Berangkat dari situ, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan aplikasi berbasis Android untuk menangani keterlambatan belajar anak bernama Viduatik.
Kolaborasi mahasiswa dari Program Studi Informatika dan Pendidikan Bahasa Indonesia yakni Bawon Wiji Dia Prasasti, Muhammad Nafi' Maula Hakim, dan Asmaul Farida Azizi mendaftarkan gagasan aplikasi berbasis Andorid ini ke Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). PKM ini adalah salah satu proposal yang didanai oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Total, untuk tahun 2020 ini, UMM berhasil meloloskan 55 proposal. UMM menjadi runner up kampus swasta terbanyak proposal yang didanai.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana peran guru dalam memberikan arahan untuk memaksimalkan gaya belajar tersebut? Media belajar seperti apa yang sesuai untuk proses belajar mengajar anak? Serta mengapa dunia pendidikan perlu diperhatikan untuk perkembangan kognitif anak? Melihat beberapa kasus di Indonesia saat ini, tingginya tingkat perbedaan bahasa anak mencapai 40% hingga 60% yang berdampak pada keterlambatan belajar anak, lebih dari 60 % anak mengalami keterlambatan belajar spesifik, 40%-75% anak mengalami keterlambatan membaca.
“Permasalahan-permasalahan tersebut menunjukkan adanya fakta tingginya tingkat kesulitan belajar anak. Keterlambatan belajar anak merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar yang menyebabkan prestasi belajar anak menurun. Kesulitan belajar adalah hambatan belajar yang diakibatkan rendahnya kemampuan akademik anak yang seharusnya mampu dicapai,” ungkap Bawon Wiji selaku ketua kelompok saat menjelaskan latar belakang dibuatnya aplikasi tersebut. Penanganan keterlambatan belajar pada anak tidak dapat dilakukan dengan cara mudah.
Agar informasi yang disampaikan pada anak dapat diterima dengan baik, guru dituntut mengggunakan cara belajar yang sesuai. Terlebih juga harus kreatif. Oleh karenanya, media yang sesuai menjadi cara dalam membantu anak menerima informasi, seperti: Power Point, buku, papan tulis, latihan soal, dan lain-lain. Penggunaan media tersebut merupakan representasi dari apa yang mereka serap dari materi dalam proses pembelajaran. Indonesia kini memiliki teknologi yang berkembang pesat. Teknologi memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing bagi tiap pemakainya.
Artinya, setiap anak harusnya dapat lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan guna mempermudah penguasaan ilmu baru namun, perkembangan teknologi informasi membuat kondisi sumber daya manusia menjadi malas sehingga berpengaruh pada kesulitan belajar anak. Rangkaian pemikiran di atas menjadi latar belakang mereka menciptakan aplikasi Viduatik yang mencakup permainan sekaligus menyesuaikan dengan cara belajar yang disukai anak. Dengan ini tim membuat aplikasi interaktif visual, audio, dan kinestetik sebagai upaya menangani keterlambatan belajar anak.
Aplikasi Viduatik ini menyediakan fitur cukup sederhana yang mempermudah penggunanya untuk mengakses. Menunya terdiri dari Detektif, Suara Emas, dan Gerak Bersama. Pada menu Detektif, user akan mendapati tampilan fitur pemecahan masalah berupa gambar rumpang yaitu visual. Sementara untuk menu kedua Suara Emas, user diminta untuk menyimak dan mencermati suara apa saja yang ada dalam video animasi kartun lucu berupa audio visual. Sementara, pada menu Gerak Bersama mewakili unsur kinestetik yakni user diajak untuk mengikuti gerakan tertentu sesuai arahan yang ditampilkan.
Spesifikasi aplikasi permainan Viduatik yang merupakan akronim dari visual, audio, dan kinestetik yakni, (1) Aplikasi dikhususkan untuk anak usia 6-7 tahun, (2) Aplikasi ini berupa teks, gambar-gambar binatang, dan lagu-lagu anak, (3) Theme fonts yang digunakan dalam aplikasi yaitu Iconic Trial (4) Ukuran aplikasi hanya butuh ruang sebesar 5 MB, (5) Aplikasi dapat diunggah melalui Play Store dan App Store, (6) Penggunaan aplikasi ini dengan bantuan buku pembelajaran sebagai sumber marker untuk menampilkan tiga dimensi (3D) sebagai sumber informasi pada aplikasi.
“Berikutnya atau spesifikasi ke tujuh yakni aplikasi permainan disesuaikan dengan materi tematik kelas 1 SD kurikulum 2013. Serta yang terakhir atau spesifikasi yang kedelapa, pada menu aplikasi terdapat panduan lengkap yang dapat mengarahkan siswa untuk dapat belajar, model permainan, dan permainan interaktif yang menyenangkan sehingga membantu siswa lebih memahami materi pembelajaran,” terang Bawon Wiji saat diwawancarai via WhatsApp, Rabu (23/9). Aplikasi ini merupakan bimbingan dari dosen FKIP UMM, Purwati Anggraini, S.S., M.Hum. (*can)
Shared:
Komentar