Mahasiswa UMM Jeli Tangkap Peluang Usaha di Berbagai Bidang

Author : Humas | Kamis, 08 Maret 2018 12:30 WIB
Becak Kopi Keliling (Becak Koling) 

Menjadi bagian dari Generasi Z (Gen Z) menuntut anak-anak muda dihadapkan pada banyak tantangan, salah satunya tentang berprofesi. Saat ini, Gen Z lebih melirik profesi yang mereka bangun sendiri dan tanpa menjadikan mereka seorang karyawan. Selain itu, Gen Z juga lebih memilih berprofesi sesuai dengan passion mereka bersama rintangan-rintangan yang akan mereka hadapi.

Melihat perkembangan tersebut, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan yakin mencetuskan program UMM PASTI, yaitu PASTI lulus empat tahun, PASTI bekerja, dan PASTI mandiri. Keyakinan bahwa mahasiswa UMM dapat mencapai program UMM PASTI disampaikan oleh Fauzan pada pembukaan kegiatan Pelatihan Dosen Kewirausahaan.

"Saya yakin jika UMM PASTI ini bisa dijalankan dengan baik, tidak akan ada lagi mahasiswa UMM yang tidak bekerja setelah lulus dari sini," kata Fauzan.

Jauh sebelum UMM PASTI digaungkan, mahasiswa UMM telah banyak yang melakukan wirausaha dengan berbagai macam alasan salah satunya untuk menambah uang jajan dan menambah pengalaman.

Salah satu alumni Teknik Mesin UMM  Muhammad Aripin misalnya yang telah diganjar banyak penghargaan nasional. Berkat Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar yang didirikannya pada 2014 Aripin saat ini memiliki 85 anak binaan, 21 di antaranya bahkan telah memiliki usaha sendiri dan empat di antaranya berhasil melanjutkan kuliah. Ia juga telah menerima penghargaan selama tiga tahun beruntun, yakni pada ajang penganugerahan Pemuda Pelopor Nasional di Bidang Pendidikan, Wirausaha Kreatif di ajang Satu Indonesia Award, serta Yayasan Berprestasi Nasional.

“Saya teringat wasiat ibu saat mendirikan yayasan. Kini saatnya saya membalas semua kebaikan yang ibu berikan pada saya dengan berbuat baik pada orang lain,” ujarnya mengenang sang ibu yang telah berpulang pada Idul Adha 2015.

Apa yang dilakukan Arifin berbeda dengan Nasihudin Cahya, Awang Ristanto, dan Helmi Mahendra. Bagi ketiganya, berwirausaha merupakan jalan untuk menyalurkan kecintaan mereka pada si bubuk hitam, kopi. Menurut Awang, ide usahanya diawali saat dirinya bersama Cahya melihat peluang pada usaha kopi.

"Dulu saya sama Cahya suka kopi, terus awalnya dari ikut-ikut dan belajar membuat kopi sama teman, terus diskusi kenapa gak buka sendiri," ungkap mahasiswa Program Studi Perternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM tersebut.

Setelah menyiapkan diri untuk berwirausaha, Awang beserta dua temannya memanfaatkan becak milik Cahya sebagai tempat untuk berjualan dengan nama  Becak Kopi Keliling (Becak Koling).

"Becak itu punya Cahya yang duluan punya usaha," jelas Awang.

Hambatan-hambatan menjadi wirausahawan yang memulai semuanya dari kantong pribadi tidak menyurutkan semangat tiga mahasiswa UMM asli Malang ini. Helmi menyebutkan bahwa diawal mereka membuka usaha mereka sering tidak ada yang membeli. Namun, karena niat dan mereka merasa senang menjalani kegiatan tersebut hal ini menjadi pecutan semangat untuk mereka bertiga.

"Pernah sampai di lokasi terus hujan deras, sepi gak ada yang beli," tutur mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia itu.

Helmi juga menyampaikan bahwa menjalani wirausaha seperti ini yang paling penting adalah gigih, ulet, dan semangat.

"Wirausaha itu kan lebih enak dimulai dari nol, kalau dari bawah itu bisa melatih kesungguhan niat, kegigihan, dan keuletan juga," tegas Helmi.

Awang juga menambahkan bahwa omzet yang dihasilkan dalam tiap bulan juga menjadi bentuk semangat bagi tiga mahasiswa ini. Selain sebagai acuan untuk terus memperbaiki sistem usaha omset juga sebagai bukti adanya kesungguhan dalam berwirausaha.

"Diawal omzet yang didapat yah kecil tapi sekarang sudah mulai stabil dan itu bikim kita makin semangat," jelas Awang.

Sebagai wirausahawan pemula, tiga orang mahasiswa ini mengaku harus pintar dalam mengelola profit yang didapat karena mereka ingin pada tahun ini bisa memiliki laham pribadi yang bisa digunakan untuk berjualan tetap dan tidak harus berpindah tempat jika hujan.

"Untung yang didapat buat beli alat-alat baru, terus yah kalau bisa tahun ini bisa punya lahan walaupun kecil yang penting menetap," jelas Helmi.

Menjadi mahasiswa dan berwirausaha bukan hal yang tabu lagi. Pada era modern seperti ini, setiap individu harus mengetahui peluang-peluang yang bisa diambil. Bagi Helmi yang merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, bisnis yang relevan dengan jurusan kuliah sudah tidak terlalu menjanjikan.

"Tidak ada salahnya untuk mencari pengalaman di bidang lain," pungkas mahasiswa berkacamata ini. (nis/sil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image