Sambal paru, salah satu varian sambal hasil produksi Majid Abdul Azis mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM |
Upaya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk menyuburkan jiwa entrepreunership mahasiswanya melalui Program UMM Pasti yakni Pasti Lulus 4 Tahun, Pasti Bekerja dan Pati Mandiri perlahan terus membuahkan hasil. Memantapkan langkah sebagai pencetak para wirausahawan muda, kampus putih berhasil menyebarkan virus entrepreunership di kalangan mahasiswanya salah satunya Majid Abdul Azis.
Mahasiswa Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini mengembangkan inovasi sambal kemasan. Sejak dibuka pada 20 April lalu, usaha sambal kemasan miliknya ini sudah meluncurkan 4 varian rasa. "Ada sambal bajak original, pete, teri dan paru," ujar mahasiswa semester 6 ini.
Ide mengembangkan usaha sambal muncul ketika melihat kakak perempuannya suka sekali memasak. Dari situlah, Majid panggilan akrabnya, berkeinginan untuk menginovasikan bahan masakan yang dipakai kakaknya. "Karena kakak saya suka masak, jadinya saya termotivasi untuk membuat terobosan dari bahan masakan yang dipakai kakak saya," tegasnya.
Pemilihan paru sebagai salah satu bahan sambal, bukan tanpa alasan. Menurut Majid, bahan dasar seperti daging sapi dan hati sudah banyak dipakai. Sedangkan bagian organ paru seringkali tidak dimanfaatkan.
Majid juga mengatakan, sejak dibuka usahanya selalu mengandalkan keberadaan media sosial sebagai sarana promosi. "Selama ini kita memanfaatkan instagram dan facebook," tandasnya.
Dibantu sang kakak, Majid rutin menyiapkan stok 30 botol sambal tiap varian setiap tiga hari sekali. Selain untuk memenuhi kebutuhan penjualan, hal itu ia lakukan untuk menjaga kualitas sambal yang dijual tetap bagus."Karena sambalnya cuma tahan 3 hari jadi kita selalu siapin stok baru tiga hari sekali. Dan alhamdulillahnya sebelum kadaluarsa stoknya sudah pasti habis," ungkapnya senang.
Produk yang dijualnya dipatok harga Rp 15.000/botol untuk sambal bajak original, pete dan teri. Sedangkan untuk sambal paru, ia menyiapkan 3 ukuran, M, S, dan Ss yang dijual seharga Rp 15.000-Rp 30.000/botol. Dalam setia bulannya, Majid memproduksi tak kurang dari 300 botol sambal. Meski tidak langsung banyak, jumlah ini terus menerus mengalami kenaikan.
"Kita sudah balik modal. Sebagian keuntungan juga kita putar lagi untuk modal promosi,"tambahnya.
Sebelum membuka usaha sambal, Majid mengaku bahwa ia sudah cukup banyak mencoba membuka usaha. Mulai dari usaha jamur tiram, e-commerce, gorengan, dan minuman sari tebu. Ketertarikannya pada dunia bisnis dimulai ketika ia terinspirasi setelah menonton sebuah film Thailand , Top The Billioner.
"2016 lalu saya mulai bisnis pertama itu jarum tiram. Tapi karena setelah dua tahun akhirnya justru merugikan saya, jadi nggak saya terusin," tegasnya.
Ia berharap, usaha yang kali ini dirintis bisa terus lanjut dan berkembang sampai ke pasar penjualan yang lebih luas. Selain sambal kemasan, ia juga baru saja membuka usaha minuman sari tebu yang berlokasi di Jalan Dermo, Malang.