Proses pemisahan kuliit jeruk dengan isi buah jeruk (Foto: Istimewa). |
Jeruk merupakan salah satu buah yang banyak diproduksi di Kabupaten Malang, namun masyarakat hanya memanfaatkan isi dari buah jeruk dan membuang kulitnya tanpa diolah menjadi bahan yang bermanfaat. Melihat hal tersebut, tim mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) membuat sebuah inovasi berupa briket kulit jeruk untuk membantu masyarakat di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Berlinda Amalia Diami selaku ketua tim menjelaskan bahwa melihat kulit jeruk yang tidak dikelola dan membusuk membuat mereka resah. Padahal bisa diubah dan dimanfaatkan dengan lebih baik. Limbah kulit jeruk dapat diolah menjadi briket dan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Adqapun briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api.
Baca juga : Ketum PP Muhammadiyah Tegaskan Pancasila Dasar untuk Moderat Beragama
“Kebanyakan masyarakat di sana berprofesi sebagai petani jeruk. Mereka kebanyakan hanya mengandalkan penghasilan dari perkebunan yang dimilikinya dan tidak mendapatkan pendapatan yang pasti. Maka, kami bekerjasama dengan karang taruna setempat dan beberapa petani jeruk berupaya untuk mengumpulkan limbah kulit jeruk yang kemudian diolah menjadi briket,” ujarnya.
Berlinda juga mengatakan, mengelola limbah kulit jeruk membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah mengumpulkan limbah kulit jeruk bersama karang taruna setempat, kulit jeruk tersebut dimasukkan ke dalam tong untuk proses pembakaran limbah. Kemudian menunggu hingga hasil kulit jeruk berubah warna menjadi coklat tua.
Baca juga : Ponpes Internasional Malik Fadjar Langsung Terima Banyak Santri
Setelah melalui proses pembakaran limbah, kulit jeruk perlu melalui proses penghalusan menggunakan chopper, lalu disaring agar memudahkan proses pencampuran menjadi adonan sebelum disulap menjadi briket. “Hasil pencampuran adonan yang kami buat itu dicetak dan dijemur di bawah sinar matahari selama 6 hingga 7 hari. Setelah melakukan proses yang cukup panjang, maka jadilah briket yang sempurna” jelasnya.
Briket yang mereka buat punya banyak manfaat, misalnya dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak. Tidak hanya itu, program ini juga bisa dimanfaatkan karang taruna setempat sebagai bentuk usaha penjualan briket di beberapa destinasi wisata sekitar desa.
“Kami juga telah bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk mendukung dan memfasilitasi karang karang taruna serta masyarakat setempat untuk terus melanjutkan ide kreatif ini. Dengan begitu masyarakat mendapatkan keterampilan yang bagus dan dapat meningkatkan perekonomian desa,” tambahnya.
Baca juga : Dosen UMM Gunakan Mikroba untuk Atasi Limbah Cair Domestik
Tidak sampai disitu, Berlinda dan tim juga membuat sebuah buku pedoman untuk masyarakat setempat. Buku tersebut menjadi harapan agar program yang sudah mereka rintis bisa terus berlanjut di kemudian hari dan tidak berhenti ketika program PKM nya usai. (ri/wil)