Maman Suherman yang menjelaskan novel Re dan Perempuan. (Foto: Adit Humas) |
Buku Re: dan Perempuan merupakan buku novel tentang kehidupan pelacur lesbian. Kisah itu juga merupakan hal nyata yang ada dan diteliti saat menyelesaikan proses skripsi. Hal itu disampaikan penulis buku tersebut, Maman Suherman dalam kuliah tamu dan bedah buku pada Selasa (25/10) lalu. Adapun ajang ini merupakan hasil kolaborasi antara Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan Gramedia.
Lebih lanjut, Maman, sapaan akrabnya menceritakan meski ia mengambil kriminologi namun ia menyukai sosiologi sastra. Kebetulan yang mengampu saat itu adalah Sapardi Djoko Darmono. Ketika ia menyelesaikan skripsinya, Maman ingin menjadikan karya ilmiahnya itu menjadi sebuah buku. Namun orang-orang pada saat itu lebih menyukai hal-hal bahagia, bukan malah yang sedih dan merana.
Ia menjelaskan bahwa semua berawal dari skripsinya yang mengkaji terkait pelacuran lesbian. Demi mendapatkan data yang lebih valid, ia bahkan menjadi sopir pelacur selama hampir dua tahun. Maman berangkat ke Surabaya, Jakarta, Medan, Makassar dan empat kota lainnya.
“Jadi Re merupakan nama seorang pelacur lesbian. Ia sebenarnya seorang keturunan ningrat Sunda. Namun karena ia hamil di luar nikah serta malu, ia akhirnya ke Jakarta dan berakhir di pelacuran. Kisahnya memiliki banyak pelajaran yang bisa kita ambil,” terang Maman.
Penulis asal Makassar itu menyebut ada banyak hal menarik yang ia ceritakan dalam buku itu. Apalagi semuanya merupakan kisah nyata. Bagaimana sosok Re yang menjadi pelacur dengan merawat seorang anak, kekejaman orang yang mucikarinya, hingga bagaimana ia bertahan di kondisi mencekam hingga maut mendatangi. Pun dengan semangat Re untuk membesarkan anak semata wayangnya. “Di kehidupan nyata, anak Re yang ia besarkan saat ini sudah bergelar doktor,” ungkapnya sambil terseguk haru.
Ia juga tak lupa memberikan tips menulis yakni dengan 5R. R pertama adalah reading yakni membaca. Menurutnya penulis yang bagus adalah pembaca yang bagus pula. Kemudian R yang kedua dan ketiga adalah riset dan reliable. Tulisan itu harus ada risetnya serta tidak boleh salah. Sementara dua R yang yang terakhir adalah reflecting dan w(R)ite.
Di sisi lain, Wakil Rektor I UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. menilai bahwa sosok Maman Suherman merupakan orang dengan kecerdasan bahasa yang sangat bagus. Terbukti dari karya-karyanya, baik aritkel maupun nover serta banyaknya forum yang mengundangnya.
“saya tahu Kang Maman ini dari acara komedi di televisi yakni Indonesia Lawak Club. Salah satu yang paling saya tunggu adalah notulasi Kang Maman yang menarik, padat, dan enak didengar,” tutur Syamsul.
Ia berharap kedatangan Kang Maman di Kampus Putih UMM bisa memberikan inspirasi dan energi positif. Apalagi melihat adanya program ekuivalensi skripsi di prodi PBI UMM. Para mahasiswa bisa menyusun dan melahirkan karya novel kemudian diekuivalensi. Sehingga mahasiswa tak perlu mengerjakan skripsi sebagai syarat menyelesaikan studi.
Hal serupa juga disampaikan oleh Manajer Gramedia Grorup Surabaya Yulie Dwi Kurniasari. Menurutnya, agenda hari ini selaras dengan visi dari gramedia yang ingin melebarkan sayapnya di wilayah Asia Tenggara sebagai upaya meningkatkan literasi. Adapun saat ini ada lebih dari 120 Gramedia yang tersebar di berbagai kota Indonesia.
“Hal ini juga selaras pula dengan visi UMM yang menapaki milestone international competitiveness pada 2030 mendatang. Maka, semoga kolaborasi ini bisa memberikan dampak positif bagi banyak pihak dan dapat dilanjutkan,” tutur Yulie mengakhiri. (wil)