Mantapkan Hubungan Indonesia-Vietnam, BIPA UMM Gelar Simposium
Author : Humas | Senin, 26 Juli 2021 13:22 WIB
|
H.E. Denny Abdi, Duber RI untuk Republik Sosialis Vietnam memaparkan pandangan hubungan bilateral Indonesia-Vietnam. (Foto: Istimewa) |
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) turut aktif dalam membangun kerja sama bilateral Indonesia dengan negara lain. Salah satunya melalui aspek bahasa. Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) UMM mengambil peran dengan menggelar simposium hubungan bilateral Indonesia-Vietnam melalui pembelajaran BIPA pada Jumat (23/7) lalu. Turut hadir H.E. Denny Abdi, duta besar Indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam dan Musa Derek Sairwona selaku acting konsulat jenderal Ho Chi Minh City Vietnam. Adapun gelaran ini dilangsungkan secara daring melalu Zoom dan kanal Youtube BIPA UMM.
Membuka acara, Dr. Sidik Sunaryo, S.H., M.Si., M.Hum. selaku Wakil Rekotr IV UMM menuturkan bahwa simposium ini merupakan bagian dari rangkaian panjang internasionalisasi Kampus Putih. Usaha itu semakin dikuatkan dengan tujuan pada Milad UMM yang akan memantapkan diri sebagai kampus keals dunia dengan spirit solidaritas internasional. “Kerja sama ini tentu tidak melulu hanya pada kegiatan rutin saja. Tapi juga mampu mendekatkan perasaan emosional antara warga kedua negara,” terangnya.
Sidik, panggilan akrabnya berharap gelaran ini bisa melahirkan ide cerdas nan maju. Hingga akhirnya bisa memunculkan empati dan kebersamaan antara kedua negara. Terutama untuk mendorong lahrinya upaya-upaya dalam menghadapi situasi yang tidak mudah seperti saat ini.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam, H.E Denny Abdi memulai sambutannya dengan menceritakan persamaan-persamaan kedua negara. Mulai tanggal kemerdekaan yang berdekatan hingga konsep pembangunan yang cukup mirip. “Maka tidak heran kalau founding fathers kedua negara cukup dekat, antara Soekarno dan Ho Chi Minh. Hal itu karena keduanya memiliki semangat yang sama,” tegasnya.
Selain kedekatan dalma bidang ekonomi, Indonesia dan Vietnam juga memiliki hubungan yang baik dalam aspek politik, sosial bahkan juga budaya. Maka Denny mengatakan bahwa program BIPA ini menjadi agenda andalan bagi KBRI maupun KJRI Ho Chi Minh City. Menurutnya, sambutan masyarakat Vietnam untuk belajar bahasa Indonesia terlihat cukup tinggi. Namun, ia juga ingin agar warga Indonesia melakukan hal yang sama, mempelajari bahasa Vietnam agar terjadi pendekatan dua arah.
Lebih lanjut, Denny mengatakan kedekatan yang dibangun tidak akan berhenti pada aspek bahasa saja. Namun berlanjut dengan melakukan kerja sama di berbagai aspek. “Vietnam bisa menjadi mitra strategis Indonesia karena bisa menjadi engine of growth di ASEAN. Selain itu, kedua negara nantinya juga bisa berkontribusi dalam aspek peace and security. Jadi, bahasa bisa digunakan sebagai perekat keduanyam,” tutupnya.
Sementara itu, Nguyen Thanh Tuan, Ph.D yang didapuk menjadi pembicara utama menjelaskan tentang prospek Bahasa Indonesia di Kota Ho Chi Minh. Dimulai dengan menerangkan bahwa pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bagi masyarakatnya untuk menguasai bahasa asing selain bahasa Inggris. Salah satunya adalah bahasa Indonesia. “Bahkan beberapa tahun belakangan, Bahasa Indonesia telah masuk beberapa universitas. Sebut saja Universitas Nasional Vietnam serta Universitas Terbuka,” tuturnya.
Ia juga sempat menganalisis pengembangan Bahasa Indonesia di Vietnam dengan menggunakan SWOT. Hal pertama yang ia paparkan adalah kekuatan bahasa Indonesia. Menurutnya, hubungan bilateral kedua negara membuat animo masyarakat meningkat. Selain itu, bantuan fasilitas dari KJRI juga mempermudah pembelajaran bahasa serta budaya Indonesia. Ditambah lagi dengan bantuan pengajar yang dikirimkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI serta beberapa universitas di Indonesia.
Meski begitu, ia juga mengungkapkan kelemahannya yakni tenaga pengajar yang relatif sedikit. Apalagi bahan ajar yang terbatas membuat pembelajaran bahasa ini cukup sulit. Namun, ia yakin ada peluang yang cukup bagus bagi bahasa Indonesia. Hal itu tidak lepas dari banyak beasiswa yang disediakan oleh pemerintah Indonesia untuk warga Vietnam. Pun dengan kesempatan mereka yangbisa bekerja di perusahaan asing.
“Tapi masih ada segelintir tantangan bagi pengembangannya. Banyaknya perusahaan yang tidak tahu jika ada warga vietnam yang bisa Bahasa Indonesia. Banyak pula orang Vietnam yang berpikir ulang alasan belajar bahasa ini,” tutur wakil dekan Faculty of Oriental Studies di University of Social Sciences & Humanities Vietnam itu.
Selain Nguyen Thanh Tuan, Dr. Arif Budi Wurianto sebagai Kepala UPT BIPA UMM dan Faizin, M.Pd selaku Kepala Divisi Internasionalisasi BIPA UMM juga dipercaya memberikan pemaparan. Arif menjelaskan mengenai BIPA di Vietnam, sarana peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara. Sementara Faizin memaparkan terkait aktualisasi teknologi dalam pengembangan keBIPA-an. (wil)
Shared:
Komentar