Ahmad Muhyiddin Ramadhani. (Foto: Isitimewa) |
TEKAD Ahmad Muhyiddin Ramadhani untuk merampungkan hafalan 30 juz Al Qurannya selama kuliah tak diragukan. Ahmad yang merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universias Muhammadiyah Malang (UMM) ini beberapa kali mengikuti kompetisi tahfidz Al Quran untuk mengasah kemampuan tahfidznya. Motivasinya yakni mempersembahkan mahkota cahaya untuk kedua orangtuanya, bermanfaat untuk orang lain dan Al Qur'an sebagai safa’at di akhirat.
“Saya mulai hafalan Al-Qur’an dari sejak di bangku SD hingga saat ini. Saya dari SMP-SMA mondok di pesantren boarding school. Awalnya saya ikut lomba ini muraja’ah Al-Qur’an untuk mengetahui kemampuan ingatan hafalan Al Quran di saat liburan perkuliahan, mengisi waktu kosong dan produktif. Insya Allah, dalam masa perkuliahan target saya bisa menyelesaikan kuliah dan hafalan Al-Quran 30 Juz. Insya Allah. Aamiin yaa Rabbal ‘alamin,” ungkapnya diwawancarai, Jumat (9/10).
Baru-baru ini, Ahmad menjadi juara III Lomba Tahfidz Al Quran Juz 26-30 Tingkat Nasional Avicenna Medical Competition 2020, kegiatan Perlombaan Kreasi Islam (PERISAI) dari Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (UNISBA). Diadakan September lalu. Ahmad mengaku tidak memiliki metode khusus dalam menghafal. Bagi Ahmad, mengghafal Al Quran hanya sekali dalam seumur hidup, tapi muraja’ah (mengulang hafalan) itu seumur hidup.
Saat pengumuman pemenang. (Foto: Istimewa) |
Baca juga: UMM-Outlook, Revitalisasi Kerjasama Menuju The World University
“Dulu saat SD-SMA metode hafalan berbeda hanya saja punya target perhari. Saat masa kuliah saya masih muraja’ah hafalan yang pernah saya hafalkan yaitu 15 Juz. Metodenya diulang hingga hafal satu ayat kemudian lanjut ayat berikutnya. Jika sudah hafal ayat berikutnya, diulangi lagi dari ayat yang pertama. Dihafalkan agar hafalan cepat lancar. Untuk berapa kali dihafalkan, tidak ada batasan karena setiap ayat punya tingkat kecepatan menghafal,” ungkap pria kelahiran Januari 1998 ini.
Ahmad tak sendirian mendapat gelar. Di ajang kompetisi daring ini, mahasiswa UMM lainnya juga mendapat gelar membanggakan. Adalah M. Dodik Prastiyo, mahasiswa angkatan 2017 ini menjadi juara III di kategori Lomba Karya Tulis Ilmiah Al Quran yang bertemakan “Problematika Kesehatan Mental di Tengah Pandemi Berdasarkan Prespektif Islam”. Di dalam makalahnya, Dodik mengusung gagasan SAPA KEMENLU atau Satuan Aksi Pelayanan Kesehatan Mental Keluarga.
Gagasan SAPA KEMENLU sendiri merupakan implementasi pesan yang telah diisyaratkan Al Quran tentang kesehatan mental. Yakni yang terjelaskan dalam surat Q.S Al Maidah [5] : 2 dan Al Hujurat [49]: 10 dan 13. Terdapat empat tahapan yang diajukan dalam gagasannya. Gagasan ini berangkat dari permasalahan kesehatan mental yang banyak dialami masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Problem tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan beban kesehatan yang besar. (can)